Mitsubishi Andalkan AI dan Denyut Nadi untuk Deteksi Pengemudi Mabuk

Mitsubishi Andalkan AI dan Denyut Nadi untuk Deteksi Pengemudi Mabuk

JAKARTA – Kamera pemantau pengemudi selama ini identik dengan kendaraan semi otonom. Namun, Mitsubishi Electric melihat potensi yang jauh lebih besar dengan kehadiran kamera dalam kabin mobil.

Perusahaan teknologi asal Jepang itu tengah mengembangkan sistem berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi pengemudi yang berada di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan. Deteksi tersebut dengan memanfaatkan kamera kabin dan data kendaraan.

Teknologi ini mengandalkan sistem pemantauan pengemudi (driver monitoring system) yang mampu membaca denyut nadi serta ekspresi wajah. Gerakan mata dan perubahan mimik menjadi indikator penting untuk mendeteksi kondisi kantuk maupun pengaruh alkohol.

Mitsubishi Electric menilai pendekatan tersebut lebih presisi dibanding metode konvensional. Disebutkan jika deteksi lewat denyut nadi memiliki akurasi yang tinggi.

“Sekalipun perubahan wajah akibat alkohol bersifat halus, variasi denyut nadi yang disebabkan oleh minum dapat digunakan untuk mendeteksi keracunan alkohol dengan akurasi tinggi,” tulis Mitsubishi Electric dalam penjelasannya, dilansir dari Carscoops, Kamis, 18 Desember.

Seluruh data itu kemudian diproses oleh sistem pendeteksi mabuk yang ditenagai AI Maisart, platform kecerdasan buatan milik Mitsubishi Electric. Ketika sistem mendeteksi adanya indikasi mabuk, kendaraan disebut dapat memberikan peringatan kepada pengemudi hingga melakukan intervensi terhadap pengendalian kendaraan.

“Intervensi pengendalian kendaraan dilakukan sesuai kebutuhan untuk membantu mencegah kecelakaan yang terkait dengan alkohol,” lanjut perusahaan.

Meski demikian, Mitsubishi Electric belum merinci bentuk intervensi tersebut. Hal ini memunculkan spekulasi, mulai dari pembatasan fungsi kendaraan hingga kemungkinan mobil menghentikan dirinya sendiri.

Pertanyaan soal apakah data tersebut bisa dilaporkan ke otoritas juga masih menggantung. Mitsubishi Electric menegaskan bahwa teknologi ini telah diverifikasi agar sesuai dengan kerangka regulasi dan standar penilaian di Eropa dan Amerika Serikat.

Tujuan utamanya, tak lain untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas akibat mengemudi dalam kondisi mabuk. Walau masih menyisakan sejumlah tanda tanya, perusahaan memberi sinyal kuat bahwa teknologi pendeteksi pengemudi mabuk ini berpeluang mulai diterapkan di kendaraan produksi massal paling cepat tahun depan.