Malang (beritajatim.com) -Langit di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) terasa berbeda. Kabar duka yang datang perlahan menyebar, meninggalkan kesedihan mendalam di antara sivitas akademika.
Faradila Amalia Najwa, mahasiswi Fakultas Hukum semester tiga, telah berpulang. Kepergiannya menyisakan tanya, air mata, dan doa yang terus mengalir.
Doa Mengalir dari Ruang Kampus
Ungkapan duka itu disampaikan secara terbuka melalui akun Instagram resmi @fh_umm. Dalam narasi penuh keheningan, Dekan dan sivitas akademika Fakultas Hukum UMM menyampaikan rasa kehilangan yang tak terucap.
“Innalillahi wa innailaihi raji’un…”
Sebuah kalimat singkat, namun sarat makna, menjadi penanda betapa kepergian Faradila bukan sekadar kehilangan seorang mahasiswa, melainkan bagian dari keluarga besar kampus.
Doa-doa dipanjatkan agar seluruh amal ibadah almarhumah diterima, kesalahan diampuni, dan ia mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. Di balik kata-kata itu, ada kesedihan yang tak terhindarkan—tentang mimpi muda yang terhenti terlalu dini.
Mahasiswi yang Pergi Terlalu Cepat
Faradila tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Hukum UMM semester tiga. Di usia yang seharusnya dipenuhi semangat menata masa depan, kabar kepergiannya justru datang lebih cepat dari yang siapa pun bayangkan.
Nama Faradila kemudian dikaitkan dengan informasi penemuan seorang mahasiswi di aliran sungai wilayah Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Pihak kampus memilih untuk menahan diri.
Kampus Memilih Diam, Menghormati Proses Hukum
Kepala Humas UMM, Maharina Novia Zahro, menegaskan bahwa universitas belum dapat memberikan keterangan lebih jauh.
Bagi UMM, kehati-hatian adalah bentuk penghormatan—baik kepada almarhumah, keluarga yang ditinggalkan, maupun proses hukum yang tengah berjalan.
“UMM belum dapat memberikan konfirmasi lebih lanjut karena menghormati proses hukum yang sedang berlangsung,” ujarnya, Rabu (17/12/2025).
UMM sepenuhnya menyerahkan penanganan perkara kepada kepolisian. Kampus tidak ingin berspekulasi, tidak ingin mendahului, dan tidak ingin menambah luka melalui informasi yang belum pasti.
Di tengah ketidakpastian, UMM mengajak seluruh pihak—media dan masyarakat—untuk bersabar menunggu hasil resmi dari kepolisian. Bagi kampus, yang terpenting saat ini adalah menjaga empati dan rasa kemanusiaan.
Di sudut-sudut kampus, duka itu mungkin tak terucap. Namun doa-doa diam-diam terus mengalir. Untuk Faradila, untuk keluarga yang ditinggalkan, dan untuk keadilan yang diharapkan menemukan jalannya.
