Apartemen TOD Dekat Stasiun MRT Banyak Diminati, Okupansi Capai 71,2%

Apartemen TOD Dekat Stasiun MRT Banyak Diminati, Okupansi Capai 71,2%

Bisnis.com, JAKARTA — Konsutan properti Cushman Wakefield Indonesia mengungkap apartemen dengan konseps transit oriented development (TOD) di sekitar koridor Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta jauh lebih diminati.

Direktur Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia, Arief Rahardjo menjelaskan bahwa tingkat keterisian atau okupansi apartemen yang berada di sekitar koridor MRt Jakarta mencapai 71,2% melampaui rata-rata okupansi apartemen di Jabodetabek sebesar 65,4%.

“Nah kalau kita lihat untuk brand di sekitar koridor stasiun MRT, itu sepanjang kinerja yang sudah terjadi itu memang memperlihatkan kinerja yang lebih baik. Baik dari tingkat penjualan maupun dari tingkat huniannya,” jelasnya dalam Konferensi Pers, Rabu (17/12/2025).

Sementara itu, dari tingkat penjualan apartemen TOD di Koridor MRT juga mencatatkan kinerja serapan lebih besar mencapai 97,2% dibandingkan dengan daya serap suplai apartemen di Jabodetabek sebesar 94,2% sepanjang 2025.

Sejalan dengan hal tersebut, Arief menyebut bahwa tren positif penjualan dan okupansi apartemen TOD di sepanjang koridor MRT Fase 1 akan terjadi di sepanjang MRT Fase 2A yang rencananya akan mulai beroperasi pada 2029.

Kehadiran jalur baru yang menghubungkan pusat bisnis (CBD) dengan kawasan wisata sejarah ini diyakini akan meningkatkan nilai investasi melalui harga jual kembali (resale) dan harga sewa yang lebih tinggi.

Selain itu, terbatasnya lahan kosong di sepanjang jalur MRT mendorong tren redevelopment atau renovasi bangunan lama menjadi hunian vertikal modern. 

Peningkatan konektivitas ini diharapkan dapat memperkuat daya tarik kawasan secara keseluruhan, sekaligus memberikan kepastian bagi investor yang mencari aset dengan imbal hasil stabil di tengah dinamika pasar properti nasional.

“Dampak positif yang akan terjadi di proyek-proyek kondominium di sepanjang jalur MRT, ini diperkirakan akan berpengaruh kepada harga, kemudian juga harga sewa yang lebih baik, dan kemungkinan juga akan terjadi redevelopment untuk memanfaatkan dari area-area yang tidak optimal dan juga peningkatan konektivitas,” tambahnya.

Pada saat yang Sama, Cushman Wakefield memproyeksikan pasar apartemen secara umum akan mengalami perbaikan pada 2026. Hal itu terjadi seiring dengan diperpanjangnya periode pemberian Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).

Dalam paparannya Arief turut menjelaskan bahwa insentif pajak meningkatkan permintaan di segmen menengah dan menengah bawah. Lokasi dengan serapan paling besar akibat PPN DTP berada di wilayah Tangerang dan Bekasi.

Seiring dengan tingginya serapan apartemen yang mencapai 94% dari total suplai, Cushman & Wakefield memproyeksi pengembang akan mulai melakukan ekspansi bisnis pada tahun depan.

Setidaknya, sebanyak 11.300 unit apartemen diproyeksi selesai pada 2026. Mayoritas berlokasi di Tangerang, Bekasi, dan Jakarta Selatan.

“Pasokan baru diperkirakan mulai tumbuh bertahap pada pertengahan tahun 2026 dan diproyeksikan semakin meningkat di tahun 2027,” jelasnya.