Jakarta: Kemitraan budaya Inggris–Indonesia dibuka dengan sebuah perhelatan seni yang digelar oleh British Council bersama Kementerian Kebudayaan Indonesia pada Selasa, 9 Desember 2025.
Bertempat di Taman Ismail Marzuki (TIM), acara ini menghadirkan karya kolaboratif Factory Devotion oleh seniman Indonesia Arief Onelegz dan seniman Inggris Lauren Russell, serta pemutaran karya ikonik Giselle dari English National Ballet.
Acara ini menjadi bagian dari penguatan hubungan kebudayaan Inggris–Indonesia dalam kerangka UK–Indonesia Strategic Partnership, khususnya pada pilar people and society yang menekankan kolaborasi seni, kreativitas, dan diplomasi budaya.
Summer Xia, Country Director British Council Indonesia & Director Southeast Asia, membuka acara dengan menegaskan pentingnya seni sebagai jembatan hubungan antarmasyarakat.
“Seni dan budaya memiliki kekuatan transformatif untuk menciptakan peluang bagi masyarakat dan mempersatukan kita. Hal ini memungkinkan kita untuk berkolaborasi dalam menciptakan dan mewujudkan sesuatu yang benar-benar luar biasa,” kata Summer.
Ia menyoroti momentum spesial yang mengiringi acara tersebut, yakni hubungan diplomatik Inggris–Indonesia dan 75 tahun perjalanan English National Ballet. Dalam kesempatan itu, Summer mengapresiasi kolaborasi dua seniman disabilitas dalam Factory Devotion sebagai simbol inklusi dan kreativitas tanpa batas.
“Malam ini, Anda akan menyaksikan pertunjukan spesial berjudul Factory Devotion, yang dibawakan oleh seniman asal Inggris, Lauren, dan seniman Indonesia, Arif, yang menonjolkan bakat luar biasa dari seni disabilitas dan penari disabilitas,” ujarnya.
Karya kolaboratif Factory Devotion oleh seniman Indonesia Arief Onelegz dan seniman Inggris Lauren Russell. Foto: medcom/fatha annisa
Wamenbud: Seni dan Budaya Menyatukan Kita
Wakil Menteri Kebudayaan (Wamenbud) RI, Giring Ganesha, yang turut hadir dalam gelaran ini menceritakan kisah personal yang menunjukkan kuatnya pengaruh budaya Inggris dalam hidupnya.
Ia kemudian menegaskan bahwa berdirinya Kementerian Kebudayaan yang baru menjadi fondasi kuat bagi diplomasi budaya Indonesia di panggung dunia, termasuk kerja sama jangka panjang dengan British Council sejak 1948.
“Kami siap untuk memperkenalkan budaya Indonesia sebagai alat diplomasi global… Persahabatan panjang kami dengan Inggris juga mendukung upaya ini,” tuturnya.
Giring juga menyampaikan harapannya bahwa kolaborasi seperti malam ini akan membuka jalan bagi karya Indonesia memasuki lembaga seni dunia, mulai dari English National Ballet hingga Tate Museum.
Sementara itu, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif RI, Irene Umar mengapresiasi kehadiran talenta Indonesia di panggung internasional seperti Desmonda di West End London, yang salah satunya mendapat beasiswa dari British Council.
“Malam ini adalah pertemuan antara dua budaya. Di Indonesia, kita menyebutnya “tak kenal maka tak sayang.” Jika kalian tidak saling mengenal, maka kalian tidak bisa jatuh cinta,” tutupnya.
Jakarta: Kemitraan budaya Inggris–Indonesia dibuka dengan sebuah perhelatan seni yang digelar oleh British Council bersama Kementerian Kebudayaan Indonesia pada Selasa, 9 Desember 2025.
Bertempat di Taman Ismail Marzuki (TIM), acara ini menghadirkan karya kolaboratif Factory Devotion oleh seniman Indonesia Arief Onelegz dan seniman Inggris Lauren Russell, serta pemutaran karya ikonik Giselle dari English National Ballet.
Acara ini menjadi bagian dari penguatan hubungan kebudayaan Inggris–Indonesia dalam kerangka UK–Indonesia Strategic Partnership, khususnya pada pilar people and society yang menekankan kolaborasi seni, kreativitas, dan diplomasi budaya.
Summer Xia, Country Director British Council Indonesia & Director Southeast Asia, membuka acara dengan menegaskan pentingnya seni sebagai jembatan hubungan antarmasyarakat.
“Seni dan budaya memiliki kekuatan transformatif untuk menciptakan peluang bagi masyarakat dan mempersatukan kita. Hal ini memungkinkan kita untuk berkolaborasi dalam menciptakan dan mewujudkan sesuatu yang benar-benar luar biasa,” kata Summer.
Ia menyoroti momentum spesial yang mengiringi acara tersebut, yakni hubungan diplomatik Inggris–Indonesia dan 75 tahun perjalanan English National Ballet. Dalam kesempatan itu, Summer mengapresiasi kolaborasi dua seniman disabilitas dalam Factory Devotion sebagai simbol inklusi dan kreativitas tanpa batas.
“Malam ini, Anda akan menyaksikan pertunjukan spesial berjudul Factory Devotion, yang dibawakan oleh seniman asal Inggris, Lauren, dan seniman Indonesia, Arif, yang menonjolkan bakat luar biasa dari seni disabilitas dan penari disabilitas,” ujarnya.
Karya kolaboratif Factory Devotion oleh seniman Indonesia Arief Onelegz dan seniman Inggris Lauren Russell. Foto: medcom/fatha annisa
Wamenbud: Seni dan Budaya Menyatukan Kita
Wakil Menteri Kebudayaan (Wamenbud) RI, Giring Ganesha, yang turut hadir dalam gelaran ini menceritakan kisah personal yang menunjukkan kuatnya pengaruh budaya Inggris dalam hidupnya.
Ia kemudian menegaskan bahwa berdirinya Kementerian Kebudayaan yang baru menjadi fondasi kuat bagi diplomasi budaya Indonesia di panggung dunia, termasuk kerja sama jangka panjang dengan British Council sejak 1948.
“Kami siap untuk memperkenalkan budaya Indonesia sebagai alat diplomasi global… Persahabatan panjang kami dengan Inggris juga mendukung upaya ini,” tuturnya.
Giring juga menyampaikan harapannya bahwa kolaborasi seperti malam ini akan membuka jalan bagi karya Indonesia memasuki lembaga seni dunia, mulai dari English National Ballet hingga Tate Museum.
Sementara itu, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif RI, Irene Umar mengapresiasi kehadiran talenta Indonesia di panggung internasional seperti Desmonda di West End London, yang salah satunya mendapat beasiswa dari British Council.
“Malam ini adalah pertemuan antara dua budaya. Di Indonesia, kita menyebutnya “tak kenal maka tak sayang.” Jika kalian tidak saling mengenal, maka kalian tidak bisa jatuh cinta,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)
