Tepuk Sakinah: Pedoman Wajib atau Sekadar Gimik? Nasional 8 Desember 2025

Tepuk Sakinah: Pedoman Wajib atau Sekadar Gimik?
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        8 Desember 2025

Tepuk Sakinah: Pedoman Wajib atau Sekadar Gimik?
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com-
Guys! Kalian pasti udah familiar kan sama yel-yel yang dilakukan dengan menggunakan gerakan tepukan? Seperti tepuk pramuka, tepuk semangat, tepuk anak pintar, tepuk anak soleh, dan masih banyak lagi. Tepukan-tepukan tersebut mewarnai masa kecil kita.
Tapi, apa jadinya jika hal tersebut dijadikan syarat untuk dilakukan sebelum pernikahan yang merupakan hal sakral dan dilakukan oleh orang dewasa?
Iya, guys! Kalian gak salah baca. Yel-yel tepukan yang biasanya dilakukan oleh anak-anak, kini juga dilakukan oleh orang dewasa sebelum melakukan pernikahan.
It’s called by

Tepuk Sakinah

Bahkan, tepuk sakinah dibuat langsung oleh lembaga pemerintahan yang mengurus hal-hal mengenai syarat wajib pernikahan, yaitu Kantor Urusan Agama (KUA).
Sejak viral nya tepuk sakinah ini, pada akhir September 2025, tentu saja banyak menuai kontra dari publik. Khususnya Gen Z, sebagai generasi yang akan menghadapi era tepuk sakinah ini.
Salah satunya, Via (20 tahun) sebagai Gen Z yang terheran-heran dengan dibuatnya tepuk sakinah ini.

First impression
aku pas dengar sama pas liat juga bingung banget kayak hah kok di bimbingan pernikahan ada main tepuk-tepukan kayak gini gitu, kayak kurang penting aja gitu”, ucap Via.
Karena hal itu, Via jadi bertanya-tanya apakah hal ini wajib dilakukan dan apa manfaat dari tepuk sakinah ini.
“Menurut aku, apakah perlu di situasi yang mungkin bisa dibilang formal itu harus ada tepuk sakinah gitu, konsepnya apa sih?”, ujar Via.
Dalam menanggapi hal tersebut, Sigit selaku Humas
Kementerian Agama
RI, mengatakan Gen-Z perlu memahami bahwa
tepuk sakinah adalah
salah satu metode
ice breaking
dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan (Bimwin).
Sigit menjelaskan bahwa tepuk sakinah bukan hanya sekedar gimik, tetapi memiliki makna terkait pilar keluarga sakinah yang terkandung di dalamnya.
“Hal terpenting yang harus diketahui adalah pengetahuan terkait pilar keluarga sakinah yang terkandung di dalam ‘Tepuk Sakinah’. Alih-alih terjebak dalam gimik tepuk sakinah itu sendiri, Gen Z diharapkan fokus pada substansi pesan-pesan yang ingin disampaikan mengenai 5 pilar keluarga sakinah”, kata Sigit.
Adapun 5 pilar keluarga sakinah yang wajib diketahui, sebagai berikut:
Kalau kalian sudah
scroll
sampai sini, tapi masih bertanya-tanya, emang apa sih manfaatnya?
Sigit menjelaskan bahwa tepuk sakinah ini merupakan metode yang lebih mudah untuk memperkenalkan pilar-pilar keluarga sakinah. Menurutnya, kalau dijelaskan hanya melalui kelas atau seminar saja itu terkesan monoton.
“Dengan pendekatan
top of mind
dan
sing-along
, pemahamannya bisa lebih melekat. Penjelasan dan eksplorasi lebih lanjut dari pilar keluarga sakinah tetap dapat dibahas dalam sesi Bimbingan Perkawinan (Bimwin). Setidaknya, Gen Z dapat mengenal dan memahami pilar-pilar keluarga sakinah dengan cara yang lebih relevan dan menarik”, kata Sigit.
Diharapkan, para Gen Z bisa memahami bahwa dibuatnya tepuk sakinah ini dapat memudahkan untuk memahami pilar-pilar keluarga sakinah dalam bentuk
sing along
yang dinilai lebih fun.
Setelah mengetahui bahwa ternyata ada makna dan manfaat dibalik tepuk sakinah ini, ada satu hal lagi yang dipertanyakan, tepuk sakinah ini wajib gak sih?
Sigit mengatakan bahwa tepuk sakinah tidak wajib dihafalkan atau dilafalkan saat pernikahan.
Tepuk Sakinah hanya media ice breaking atau alat bantu interaktif dalam acara bimbingan perkawinan di Kantor Urusan Agama (KUA) untuk memudahkan calon pengantin memahami lima pilar keluarga sakinah dengan cara yang lebih ringan dan menyenangkan.
Finally
! keresahan kalian akhirnya sudah terjawab yaa
guys
.. Hal ini tidak diwajibkan tetapi, justru KUA ingin membantu memudahkan para calon pengantin dalam memahami pilar keluarga sakinah dengan cara yang lebih ringan dan menyenangkan.
Jadi, sebenarnya KUA tuh caring loh sama para calon pengantin, mereka memikirkan bagaimana cara agar para calon pengantin memahami pilar-pilar keluarga sakinah yang sangat berguna untuk bekal dalam pernikahannya nanti.
Katanya Gen-Z nggak suka baca, apalagi soal masalah yang rumit. Lewat artikel ini, Kompas.com coba bikin kamu paham dengan bahasa yang mudah.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.