Jakarta, Beritasatu.com – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) memperkirakan perekonomian Indonesia tetap solid pada 2026, dengan pertumbuhan mencapai 5,28%, meningkat dari proyeksi 5,04% pada 2025.
Chief Economist BSI Banjaran Surya mengatakan, pertumbuhan tersebut akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang masih menjadi penyumbang terbesar produk domestik bruto (PDB), penguatan investasi terutama melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), serta kebijakan fiskal yang tetap ekspansif namun lebih berhati-hati.
“Banyak hal yang berada di luar ekspektasi dan menjadi batu ganjalan untuk pertumbuhan yang lebih tinggi. Lebih banyak faktor global yang berkaitan dengan perdagangan sektor riil, namun ada juga faktor global di pasar uang yang menjadi ombak cukup menantang menghadapi 2025 maupun ke depannya di 2026,” ujarnya dalam Sharia Economic Outlook 2026 seperti dikutip dari Antara, Jumat (5/12/2025).
BSI menyusun proyeksi ekonomi 2026 berdasarkan delapan pilar, meliputi normalisasi perdagangan global, realokasi aset ke emerging markets, prospek penguatan rupiah, program prioritas pemerintah, efek Purbaya dalam kebijakan ekonomi, ketahanan konsumsi, agenda hilirisasi, serta proyeksi indikator ekonomi utama.
Kombinasi faktor tersebut dinilai menunjukkan bahwa Indonesia mampu menjaga ketahanan ekonomi meski lanskap global dipenuhi ketidakpastian.
Menurut Banjaran, terdapat lima dinamika global yang akan mempengaruhi kinerja ekonomi melalui sektor riil dan sektor keuangan, yakni risiko utang negara (sovereign debt risk), potensi bubble akibat valuasi pasar yang terlalu tinggi, bayangan perang dagang, pertumbuhan ekonomi global yang terfragmentasi, dan pergeseran pola perdagangan akibat AI-driven productivity.
Faktor-faktor tersebut diperkirakan memberi tekanan sekaligus peluang bagi konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan aktivitas perdagangan.
