Gresik (beritajatim.com) – Gogoh Iwak atau menangkap ikan tambak dengan tangan kosong merupakan tradisi ratusan tahun yang hingga kini masih lestari di kalangan petani tambak, bahkan di era Gen Z.
Tradisi tersebut kembali digelar di Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Gresik, saat ratusan petani setempat turun ke tambak dan memanen ikan tanpa menggunakan alat apa pun.
“Tradisi turun-temurun sudah ada sebelum saya lahir, dan sampai sekarang masih dilestarikan,” ujar Muchlis, salah satu petani tambak, Jumat (5/12/2025).
Agar tradisi budaya ini tetap bertahan, anggota holding Pupuk Indonesia, Petrokimia Gresik, menggelar “Petro Festival Gogok Iwak”. Festival ini sekaligus menjadi upaya mendorong peningkatan kualitas budidaya perikanan di wilayah Gresik.
Selain melestarikan tradisi, perusahaan BUMN tersebut memberikan edukasi kepada petani tambak mengenai praktik budidaya sesuai standar Good Aquaculture Practices (GAP).
“Kami memiliki Petrofish yang bisa meningkatkan produktivitas budidaya ikan maupun udang. Harapannya melalui pengetahuan dan teknologi dapat diadopsi oleh para petani tambak,” ujar Direktur Keuangan dan Umum Petrokimia Gresik, Adityo Wibowo.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 mencatat Kabupaten Gresik memiliki kawasan tambak seluas 28.654 hektare yang terdiri dari tambak air payau dan air tawar, dengan sebagian besar berada di wilayah pesisir. Potensi ini menjadikan sektor perikanan sebagai sumber penghidupan penting bagi masyarakat setempat.
“Saya berharap adanya lomba Gogoh Iwak ini dapat menjadi momentum untuk menarik minat generasi muda agar turut aktif memajukan sektor perikanan,” pungkas Adityo Wibowo.
Dalam festival tersebut, Gogoh Iwak menjadi daya tarik utama. Para peserta berlomba menangkap ikan nila dan bandeng di sebuah petak tambak hanya dengan tangan kosong. Pemenang ditentukan dari peserta yang berhasil membawa ikan dengan bobot paling berat. [dny/ian]
