Sensus Ekonomi 2026 Turut Petakan Potensi Sektor Ekonomi Kreatif

Sensus Ekonomi 2026 Turut Petakan Potensi Sektor Ekonomi Kreatif

Bisnis.com, JAKARTA — Perkembangan ekonomi kreatif di Tanah Air menjadi ujung tombak bagi perkembangan perekonomian. Kontribusi dari sektor kreatif ditargetkan akan terus meningkat dari waktu ke waktu.
 
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti, ekonomi kreatif saat ini menjadi aktivitas yang paling dinamis dan penuh potensi dalam sistem perekonomian Indonesia.
 
Dia menuturkan dalam satu dekade terakhir, geliat pelaku usaha ekonomi kreatif semakin jelas terlihat, terutama di kota-kota besar yang menjadi pusat inovasi dan budaya populer.
 
“Menariknya, laju pertumbuhan sektor ini tidak lagi didominasi pemain lama. Justru generasi muda yang kini mengambil posisi terdepan, memanfaatkan perkembangan teknologi, media sosial, dan perubahan gaya hidup untuk menciptakan usaha-usaha baru yang kreatif, adaptif, dan kompetitif,” ujarnya melalui keterangan resmi, Senin (1/12/2025).
 
BPS mencatat berdasarkan Sensus Ekonomi 2016, tergambar bahwa transformasi ekonomi kreatif mulai terlihat jelas. Pada periode tersebut, subsektor yang kini menjadi bagian penting dari ekosistem ekonomi kreatif seperti kuliner, fesyen, dan kriya sudah menunjukkan pertumbuhan yang pesat.
 
Berkaca dari hasil sensus ekonomi pada 2016 itu, mayoritas pelaku usaha kreatif merupakan usaha mikro dan kecil yang berkembang terutama di wilayah perkotaan.
 
“Meskipun Sensus Ekonomi 2016 belum memotret seluruh subsektor ekonomi kreatif seperti saat ini, sensus tersebut sudah menandai awal kebangkitan industri kreatif di berbagai daerah,” katanya.
 
Saat ini, Amalia menuturkan sektor kreatif tumbuh jauh lebih kompleks. Usaha kuliner modern semakin beragam, brand fashion lokal bermunculan di hampir semua kota, pelaku seni visual memanfaatkan platform digital sebagai galeri virtual, dan usaha berbasis teknologi seperti animasi, gim, hingga pengembangan aplikasi semakin diminati oleh lulusan muda dari berbagai bidang.
 
Menariknya, generasi muda tampil sebagai aktor utama dalam perkembangan ekonomi kreatif.
 
“Mereka tidak hanya mengejar peluang ekonomi, tetapi juga menjadikan kreativitas sebagai identitas. Banyak usaha kreatif dimulai dari kamar tidur, studio sederhana, co-working space, atau dari sebuah komunitas hobi,” ujarnya.
 
Dengan kehadiran media sosial, mereka dapat menjangkau pasar yang jauh lebih luas tanpa memerlukan modal besar untuk membuka toko fisik.
 
Hal ini menjadikan roda ekonomi kreatif berputar lebih cepat dan lebih fleksibel dibandingkan sektor-sektor tradisional yang membutuhkan infrastruktur besar.
 
Kemampuan generasi muda dalam beradaptasi dengan teknologi menjadi salah satu pendorong utama mengapa aktivitas ekonomi kreatif berkembang begitu pesat. Dalam banyak kasus, keputusan bisnis mereka sangat dipengaruhi tren global, pola konsumsi digital, dan kemampuan memanfaatkan data dari platform pemasaran.
 
Fenomena seperti maraknya konten kreator, toko daring produk lokal, brand streetwear, hingga komunitas game online menunjukkan bagaimana kreativitas dan teknologi berpadu erat dalam membentuk model bisnis baru. Semua ini sekaligus menunjukkan perlunya data yang lebih komprehensif, akurat, dan mutakhir mengenai perkembangan sektor ini di Indonesia.
 
Amalia menuturkan perkembangan tersebut menjadikan Sensus Ekonomi 2026 nantinya akan sangat sentral dalam memotret aktivitas ekonomi masyarakat, khususnya sektor ekonomi kreatif.
 
“Sensus ini akan mendata seluruh kegiatan usaha nonpertanian dalam berbagai skala, dari mikro hingga besar, termasuk seluruh subsektor ekonomi kreatif yang kini menjadi perhatian publik dan pemerintah,” kata Amalia.

Sebaran Pelaku Usaha

Dengan adanya Sensus Ekonomi 2026, nantinya BPS akan memperoleh gambaran terkini mengenai jumlah dan sebaran pelaku usaha kreatif di seluruh Indonesia, karakteristik usaha, pemanfaatan teknologi, tenaga kerja yang terlibat, hingga tantangan yang dihadapi para pelaku.
 
Nantinya, hasil sensus menjadi landasan penting dalam penyusunan berbagai kebijakan pengembangan ekonomi kreatif ke depan. Pemerintah pusat maupun daerah akan memiliki gambaran lebih jelas mengenai subsektor apa saja yang sedang berkembang pesat, wilayah mana yang menjadi pusat pertumbuhan pelaku kreatif muda, serta bagaimana kebutuhan pendukung seperti pembiayaan, pelatihan, dan infrastruktur teknologi dapat dirancang agar lebih tepat sasaran.
 
Dengan data tersebut, berbagai program seperti pengembangan kota kreatif, peningkatan daya saing UMKM, dan perluasan ekosistem ekonomi digital dapat diarahkan secara lebih strategis.
 
Selain bagi pembuat kebijakan, Sensus Ekonomi juga bermanfaat besar bagi pelaku usaha kreatif itu sendiri. Data hasil sensus akan membantu mereka memahami posisi usaha mereka dalam konteks yang lebih luas, melihat peluang ekspansi, serta memetakan potensi pasar.
 
“Dalam banyak kasus, pelaku usaha kreatif tumbuh melalui proses coba-coba, berbasis inovasi tetapi tanpa analisis pasar yang mendalam. Kehadiran data sensus dapat menjadi acuan bagi mereka untuk mengambil keputusan usaha yang lebih terukur dan akan menjadi momen penting untuk menangkap potret terbaru sektor kreatif Indonesia.” (*)