ISI Yogyakarta Dukung Kemandirian Usaha Kelompok Penjahit Disabilitas
YOGYAKARTA – Tim Pengabdian Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta melakukan penyerahan alat produksi bagi kelompok usaha Avta Kebaya di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta guna mendukung kemandirian usaha kelompok penjahit perempuan disabilitas tersebut.
Kepala Pusat Inovasi dan Penerbitan LPPM ISI Yogyakarta Riza Septriani Dewi dalam keterangan di Yogyakarta, Sabtu, mengatakan penyerahan alat produksi berupa mesin jahit kaos dan perlengkapan pendukung produksi itu merupakan tahap penting setelah sebelumnya diberi program pendampingan.
“Peralatan produksi yang memungkinkan Avta Kebaya memperluas variasi produk serta meningkatkan kapasitas produksi. Dukungan ini bagian dari Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) 2025, yang tidak hanya memberikan pelatihan, tetapi memastikan keberlanjutan melalui penguatan sarana kerja,” katanya.
Pihaknya berharap dengan identitas yang mulai dirumuskan, keterampilan promosi digital yang dibangun, dan fasilitas produksi yang tersedia, Avta Kebaya berada pada posisi strategis untuk tumbuh menjadi brand fesyen berbasis komunitas perempuan disabilitas yang mandiri dan kompetitif.
Anggota tim Pengabdian ISI Yogyakarta Amanda Amalia Faustine Gittawati mengatakan bahwa pendampingan bagi kelompok penjahit perempuan disabilitaa itu akan tetap dilakukan meskipun alat produksi telah diserahkan.
“Yang kami dorong bukan hanya penggunaan alat, tetapi keberanian untuk bereksperimen dan mengembangkan desain baru. Alat ini hanya sarana, sedangkan tujuan akhirnya adalah kemandirian,” katanya.
Sementara itu, Ketua Avta Kebaya Sumrah merasa antusias terhadap fasilitas baru yang kini mereka miliki. Sehingga, dengan alat tersebut kelompok bisa mencoba teknik yang sebelumnya tidak bisa dilakukan untuk bisa naik kelas, mengingat selama ini hanya mengandalkan satu mesin lama.
Sedangkan mahasiswa pendamping, Ayunda merasa terkesan ketika melihat respons peserta terhadap penyerahan alat produksi tersebut.
“Yang paling terasa bukan suasana seremonialnya, tetapi reaksi mereka ketika menyadari bahwa alat ini benar-benar akan mereka kelola sendiri. Ada rasa percaya yang tumbuh dengan sangat nyata,” katanya.
