Madiun (beritajatim.com) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Madiun menindaklanjuti dugaan keracunan menu Makan Bergizi Gratis yang dialami puluhan siswa dari tiga sekolah dasar di Klecorejo. Langkah ini diambil sebagai bagian dari investigasi menyeluruh untuk memastikan penyebab kejadian.
Kepala Dinkes Kabupaten Madiun, Heri Setyana, menjelaskan bahwa laporan awal langsung ditindaklanjuti dengan pemeriksaan lapangan dan penanganan medis kepada para siswa.
“Total ada sekitar 51 anak yang terdampak. Sebanyak 43 anak ditangani rawat jalan, dan delapan anak sempat dirujuk ke rumah sakit. Kemudian ada satu anak lagi yang datang mandiri sehingga total menjadi sembilan. Hingga hari ini masih ada lima anak menjalani perawatan, dan kondisi mereka sudah membaik,” terang Heri.
Petugas Dinkes juga melakukan investigasi awal ke lokasi produksi MBG di SPPG Klecorejo. Pemeriksaan dilakukan pada proses memasak, alur distribusi, hingga pengambilan sampel sisa makanan yang diduga menjadi sumber masalah.
“Sampel sudah kami kirim ke laboratorium di Surabaya. Proses uji ini biasanya memakan waktu sekitar satu minggu,” jelasnya.
Selama proses penyelidikan berlangsung, aktivitas SPPG dihentikan sementara hingga hasil laboratorium dan evaluasi menyeluruh selesai.
“Biasanya evaluasi berlangsung kurang lebih dua minggu. Jadi sementara ini SPPG ditutup sambil menunggu hasil final,” tambahnya.
Heri mengungkapkan, SPPG Klecorejo sebenarnya masih baru beroperasi ketika insiden terjadi.
“Baru berjalan sekitar tanggal 10 atau 11 November. BIMTEK sudah dilakukan, namun proses penerbitan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) masih berlangsung,” ujarnya.
Mengacu pada ketentuan Kementerian Kesehatan, unit penyedia makanan diberi waktu satu bulan sejak beroperasi untuk menyelesaikan SLHS. “Jadi memang masih dalam proses, belum terbit,” lanjut Heri.
Heri memastikan bahwa Dinkes belum dapat menyimpulkan penyebab dugaan keracunan. “Segala kemungkinan masih terbuka. Kami menunggu hasil laboratorium agar tidak salah menetapkan penyebab,” tegasnya.
Meski begitu, evaluasi internal tetap dilakukan dengan mencocokkan seluruh alur produksi makanan terhadap SOP, mulai penjadwalan memasak hingga waktu konsumsi. “Kami cocokkan dengan SOP yang berlaku. Namun hasilnya belum cukup untuk menyimpulkan sebabnya,” imbuhnya.
Pemantauan kesehatan seluruh siswa terdampak terus dilakukan hingga seluruh anak dipastikan pulih. Lima anak yang masih dirawat saat ini berada di RSUD Caruban.
Kepala Instalasi Humas & Promkes RSUD Caruban, Yoyok Andi Setyawan, menyebut lima siswa tersebut berada di Ruang Rawat Inap Palem. “Seluruh pasien kami rawat di Ruang Rawat Inap Palem. Satu anak ditempatkan di Palem A, sementara empat lainnya berada di Palem B,” terang Yoyok.
Ia memastikan kondisi seluruh pasien stabil dan menunjukkan perkembangan positif. “Alhamdulillah kondisi mereka membaik. Saat ini hanya kami observasi sambil memastikan tidak ada gejala lanjutan,” tambahnya.
Yoyok menambahkan, para siswa berpotensi diizinkan pulang pada 29–30 November 2025 apabila kondisi tetap stabil. “Kalau tidak ada peningkatan gejala dan kondisi tetap sebagaimana sekarang, kemungkinan besok atau lusa sudah bisa KRS (keluar rumah sakit),” jelasnya. [rbr/beq]
