Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan produsen chip, Nvidia, membukukan kinerja di atas ekspektasi Wall Street untuk pendapatan dan proyeksi penjualan mendatang, meredakan kekhawatiran investor terkait derasnya belanja kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang sempat mengguncang pasar.
Dalam laporan kinerja kuartalan pada Kamis (20/11/2025), Nvidia melaporkan pendapatan untuk kuartal III/2025 melonjak 62% menjadi US$57 miliar, didorong lonjakan permintaan chip untuk pusat data AI. Penjualan dari segmen tersebut meningkat 66% menjadi lebih dari US$51 miliar.
Proyeksi penjualan kuartal IV/2025 di kisaran US$65 miliar juga melampaui estimasi analis, mendorong saham Nvidia naik sekitar 4% dalam perdagangan pasca penutupan.
Sebagai perusahaan dengan valuasi tertinggi di dunia, Nvidia dipandang sebagai barometer ledakan AI. Karena itu, hasil kinerja perusahaan menjadi rujukan penting bagi sentimen pasar.
CEO Nvidia Jensen Huang mengatakan penjualan sistem AI Blackwell sudah di luar ekspektasi dan menyebut GPU cloud perusahaan saat ini terjual habis
“Belakangan banyak pembicaraan soal potensi bubble AI. Dari sudut pandang kami, yang kami lihat justru sebaliknya. Kami unggul di setiap fase perkembangan AI,” ujarnya dalam panggilan dengan analis dikutip dari BBC pada Kamis (20/11/2025).
Laporan kinerja tersebut menarik perhatian lebih besar dari biasanya di Wall Street di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa valuasi saham-saham AI sudah terlalu tinggi—sentimen yang kemungkinan tetap membayangi meski Nvidia mencetak hasil yang spektakuler.
Kekhawatiran itu sebelumnya telah menekan indeks S&P 500 selama empat hari berturut-turut menjelang rilis laporan Nvidia, seiring munculnya pertanyaan soal imbal hasil dari investasi AI. Indeks acuan tersebut sudah melemah hampir 3% sepanjang November.
Adam Turnquist, Chief Technical Strategist LPL Financial, mengatakan ekspektasi pasar sudah sangat tinggi.
“Pertanyaannya bukan lagi apakah Nvidia akan mengalahkan ekspektasi, tetapi seberapa besar.”
Matt Britzman, Senior Equity Analyst Hargreaves Lansdown, menambahkan bahwa meski valuasi sektor AI tengah mendapat sorotan, Nvidia tetap mengerjakan bisnisnya dengan sangat mulus.
Dia menilai beberapa segmen AI memang perlu jeda koreksi, tetapi Nvidia bukan bagian dari itu.
Sebelumnya, Huang mengatakan bahwa pesanan chip AI dapat mencapai US$500 miliar hingga tahun depan. Investor kini mencari kepastian mengenai waktu realisasi pendapatan tersebut serta bagaimana Nvidia akan memenuhi pesanan tersebut.
CFO Nvidia Colette Kress mengatakan perusahaan kemungkinan akan menerima tambahan pesanan di luar nilai US$500 miliar yang telah diumumkan. Namun, dia juga menyayangkan pembatasan regulasi yang menghambat kemampuan Nvidia mengekspor chip ke China, seraya menegaskan bahwa AS harus mendapat dukungan dari setiap pengembang, termasuk dari China.
Kress menegaskan Nvidia berkomitmen menjaga komunikasi dengan pemerintah AS dan China.
Pada kesempatan terpisah, dalam US–Saudi Investment Forum di Washington pada Rabu, Jensen Huang bersama Elon Musk mengumumkan proyek kompleks pusat data raksasa di Arab Saudi yang akan menjadikan xAI—perusahaan AI milik Musk—sebagai pelanggan pertama. Fasilitas tersebut akan dilengkapi ratusan ribu chip Nvidia.
The Wall Street Journal melaporkan bahwa Departemen Perdagangan AS telah menyetujui penjualan hingga 70.000 chip AI canggih kepada perusahaan-perusahaan yang didukung pemerintah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), membalikkan keputusan sebelumnya.
Kesepakatan ini tercapai setelah pembicaraan antara Presiden AS Donald Trump dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, yang pekan ini berkunjung ke Gedung Putih.
