JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mendapat penganugerahan marga Sebayang dari masyarakat Karo. Penyematan marga kehormatan ini diberikan dalam acara silaturahmi dan temu kangen masyarakat Karo di Cibubur, Kota Depok.
Di hadapan sejumlah warga Karo, Pramono mengungkap rasa syukur atas penerimaan tersebut. Ia menyebut prosesi pengangkatan marga ini menjadi momen yang sangat berarti bagi dirinya dan keluarga.
“Ini sebuah kehormatan luar biasa bagi saya dan keluarga, karena hari ini saya resmi menjadi bagian dari keluarga besar Karo dengan marga Sebayang. Suasana kebersamaan ini membuat saya merasa seperti berada di rumah sendiri,” kata Pramono, Minggu, 16 November.
Pramono menyinggung nilai-nilai budaya Karo yang menurutnya memiliki kedekatan dengan budaya Betawi, terutama soal keterbukaan dan sikap yang inklusif. Ia menilai masyarakat Karo memiliki tradisi kuat dalam menerima siapa pun secara tulus.
“Sejarah mencatat bahwa persoalan intoleransi tidak pernah tumbuh dalam masyarakat Karo selama adat dan nilai kehidupan dijunjung bersama,” ungkapnya.
Pramono juga menyoroti karakter masyarakat Karo yang dikenal pekerja keras, disiplin, dan menjunjung kehormatan. Ia menyebut nilai tersebut menjadi teladan yang menginspirasi dirinya dalam menjalankan amanah memimpin Jakarta.
“Kehormatan yang saya terima melalui marga Sebayang ini sangat berarti, karena saya memahami betapa tingginya nilai disiplin, kerja keras, dan tanggung jawab dalam masyarakat Karo. Mereka telah berperan besar dalam mendukung pembangunan Jakarta,” tutur dia.
Lebih lanjut, Pramono menekankan pentingnya nilai Rakut Sitelu atau falsafah yang menjadi fondasi relasi dan persaudaraan dalam masyarakat Karo. Pramono mengaitkan nilai itu dengan tanggung jawab moral setelah dirinya disematkan marga tersebut.
“Saya kini menjadi bagian dari keluarga Sebayang. Dalam Rakut Sitelu, saya turut terikat dalam nilai-nilai tersebut. Saya berjanji tidak akan mengecewakan Bapak dan Ibu sekalian,” ungkap Pramono.
Pramono juga mengenang sejumlah tokoh Karo yang pernah ia kenal, termasuk almarhum Sembiring Meliala, koleganya di DPR RI pada 1999.
“Beliau adalah contoh sederhana namun kuat tentang bagaimana karakter masyarakat Karo terbentuk, tegas, berpendirian, berani, namun tetap hangat dan penuh humor,” imbuhnya.
