Sidang sebelumnya menyingkap sesuatu yang lebih menyedihkan, keacuhan. Beberapa prajurit lain mengaku melihat luka-luka di tubuh Lucky, namun tak satu pun berani menolong.
Oditur Militer Letkol Chk Yusdiharto menegur keras sikap tersebut.
“Kok cuek banget sih, enggak mau tahu kawan kondisinya kayak gitu? Udah tahu luka kena selang, masa iya diam aja?” katanya tegas.
Letda Ckm Eman Yudhi Wana Prakarsa, Danton Evakuasi yang sempat memeriksa Lucky, mengaku hanya melihat luka di punggung dan lengan tanpa pemeriksaan lanjutan. Ia beralasan tak ada perintah untuk membawa korban ke Kamar Sakit Anggota.
Ketika ditanya penyebab luka-luka itu, Eman menjawab, “Mungkin bekas pukulan.” “Pukul pakai apa?” tanya oditur. “Pakai selang,” jawabnya singkat.
Dalam kesaksian Prada Jemi Langga, terungkap tindakan sadis lain. Ia diperintahkan oleh salah satu terdakwa, Pratu Aprianto Rede Radja, untuk membuat ramuan cabai, garam, air, dan minyak — campuran yang kemudian dioleskan ke luka Lucky.
“Saya diperintahkan untuk ditaruh di punggung yang luka-lukanya belum kering,” kata Jemi.
Oditur menegaskan bahwa tindakan itu adalah penyiksaan, bukan perawatan. Jemi mengaku tahu ramuan itu akan menimbulkan rasa perih, tapi tetap melaksanakan perintah karena takut.
“Siap, karena perintah dari terdakwa empat,” ujarnya.
Sementara saksi lain, Prada Arnoldus Seran, menyebut salah satu terdakwa, Pratu Ahmad Ahda, datang dalam keadaan mabuk.
“Pas Ahmad Ahda datang, saya mencium bau alkohol. Siap, Moke,” katanya, menyebut minuman keras khas NTT.
Arnoldus mengaku diperintah membeli rokok sekitar pukul 03.00 dini hari, namun memilih kabur karena takut turut dipukuli.
“Takut dipukul juga,” ucapnya pelan.
Dalam dakwaan oditur militer, empat terdakwa utama Pratu Ahmad Ahda, Pratu Emeliano De Araujo, Pratu Petrus Nong Brian Semi, dan Pratu Aprianto Rede Radja disebut melakukan penyiksaan selama dua malam berturut-turut, 29–30 Juli 2025.
Pada malam pertama, Lucky dan rekan leting-nya, Prada Richard, dipukul, dicambuk, dan disundut rokok. Malam berikutnya, aksi berlanjut lebih brutal. Para terdakwa datang dalam keadaan mabuk, memukul korban bertubi-tubi hingga tubuh Lucky kehilangan kekuatan.
Hasil autopsi menunjukkan, prajurit muda itu mengalami penurunan hemoglobin parah akibat luka berat dan kehilangan darah, hingga akhirnya meninggal dunia di rumah sakit pada 6 Agustus 2025.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5308695/original/012926100_1754553278-1000838218.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)