Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengembangkan fitur On Call Service, untuk pengangkutan logistik termasuk hasil panen berbasis panggilan, bukan menggunakan angkutan berjadwal.
Direktur Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda Kemenhub Risal Wasal menjelaskan, fitur yang akan terdapat dalam aplikasi integrasi multimoda ini berangkat dari tantangan di daerah yang tidak mendapatkan akses tol laut dan harus segera mengirim komoditas hasil panen.
Di sisi lain, sekalipun terdapat angkutan laut, tetapi jadwal kedatangan tidak tepat waktu dan kapasitas minim, yang berakibat fatal bagi produk-produk yang akan dikirim.
“Ke depan, dengan konsep aplikasi yang baru on-call ini, kami dapat melayani selain ada trayek yang rutin, tetapi ada juga yang on-call,” ujarnya dalam malam penghargaan Bisnis Indonesia Logistik Award (BILA) 2025 di Hotel Borobudur, Rabu (5/11/2025).
Risal menjelaskan, pada dasarnya potensi hasil bumi di sejumlah wilayah sangat besar, termasuk di lokasi lumbung pangan atau food estate Wanam, Merauke, Papua Selatan.
Untuk itu, pihaknya akan menyiapkan angkutan berjadwal dan on call untuk mendistribusikan produk tersebut ke wilayah lainnya. Pasalnya, jadwal panen setiap komoditas pun berbeda-beda.
Mantan Direktur Jenderal Perkeretaapian tersebut pun juga bercerita, bahwa kapasitas kapal pengangkut barang pun terkadang minim. Alhasil, komoditas yang akan diekspor ke luar pulau terbatas dan sisanya menumpuk.
Misalnya, hasil panen suatu wilayah menghasilkan 10 kontainer pendingin yang harus diangkut segera dari lokasi A ke D. Namun, kapal yang datang hanya mampu mengangkut 2 kontainer, dan dengan rute A, B, C, dan baru menuju D.
“Padahal dia butuh waktu cepat. Ini yang menjadi permasalahan di wilayah-wilayah, baik pada Indonesia Timur yang harus kita selesaikan. Konsep on-call kita harapkan bisa mengatasi itu,” jelas Risal.
Nantinya, aplikasi super itu akan mencari operator di sekitar wilayah tersebut untuk mengangkut logistik dan pembayaran secara B2B. Pilihan layanan pun dapat berupa general cargo ship atau bulk carrier ship.
Layanan tersebut juga memungkinkan pengirim memesan integrasi moda, misalnya sekaligus memesan truk dari titik lokasi sebelum dibawa dengan kapal, dan distribusi dengan truk di tempat tujuan.
Konsep ini pun juga akan diterapkan di lokasi transmigrasi, dalam rangka pembangunan wilayah tersebut.
Risal menyampaikan bahwa konsep on-call juga akan dikembangkan untuk mengatasi permohonan barang yang terkait dengan karantina dan cukai (Custom, Immigration, Quarantine/ CIQ).
“Semua bandara sudah dinyatakan internasional, tetapi tidak semuanya terlayani dengan CIQ. Dengan on-call, degitu ada yang datang, menelpon, kita siapkan CIQ-nya. Ini juga kita siapkan seperti itu, baik di laut maupun di udara,” tambahnya.
Meski demikian, Risal belum menyampaikan kapan rencana implementasi perbaikan dan pengembangan layanan integrasi multimoda dalam pengangkutan barang tersebut.
