Manuver Mayor Riki Bawa Airbus A400M Hindari Awan Tebal dan Turbulensi

Manuver Mayor Riki Bawa Airbus A400M Hindari Awan Tebal dan Turbulensi

Manuver Mayor Riki Bawa Airbus A400M Hindari Awan Tebal dan Turbulensi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Pesawat angkut berat Airbus A400M pertama milik Indonesia akhirnya tiba di Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada Senin (3/11/2025).
Satu dari dua unit A400M pesanan Republik Indonesia (RI) dengan nomor seri A-4001 itu mendarat setelah menempuh penerbangan selama tiga hari dari Sevilla, Spanyol.
Pendaratan mulus pada Rabu pukul 07.35 WIB itu, menandai peresmian penyerahan pesawat dari Airbus Defence and Space kepada TNI AU, yang kemudian dilanjutkan dengan penyerahan kunci secara simbolis oleh Presiden Prabowo Subianto kepada Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.
Di balik proses itu, tersimpan rasa khawatir yang mendalam bagi Mayor (Pnb) Riki Sihaloho, salah satu dari empat pilot Airbus A400M.
Pesawat berkelir abu-abu itu sempat tertunda sekitar 5 menit dari jadwal pendaratan pukul 07.30 WIB.
Padahal, di area apron, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI M Tonny Harjono bersama jajaran sudah menantikan kedatangan pesawat tersebut.
“Kami tadi, sebenarnya hampir telat 15 menit untuk kedatangan,” ungkap personel Skadron 31 tersebut, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (3/11/2025).
Hampir terlambatnya kedatangan pesawat, yang memiliki kapasitas angkut maksimum 37 ton, disebabkan oleh faktor cuaca.
Dari Airbus Defence and Space di Sevilla, pesawat lepas landas menuju Dubai, menempuh perjalanan udara sekitar sembilan jam melintasi langit Eropa dan Timur Tengah.
Malam itu, Riki dan tim beristirahat di Dubai sebelum kembali bersiap keesokan harinya.
Etape kedua membawa mereka menembus langit Asia menuju Bandara Kualanamu, Medan, sebagai titik persinggahan pertama di Tanah Air.
Dari sana, perjalanan dilanjutkan menuju Jakarta.
“Menjelang masuk wilayah Indonesia, kita tahu sendiri untuk akhir tahun, pasti akan
rain season
. Jadi, kita ya lumayan masuk
weather
,” kata dia.
Cuaca memang menjadi tantangan tersendiri di pengujung perjalanan.
Riki menceritakan, tim sempat tertahan beberapa menit karena harus menghindari awan tebal dan area turbulensi.
Riki dan tim segera menghubungi Air Traffic Control (ATC) untuk meminta izin berpindah jalur, demi memastikan pesawat bisa tiba tepat waktu.
Strategi mitigasi mereka dimulai dengan meminta persetujuan ATC agar pesawat dapat terbang langsung ke titik tertentu, memotong jarak rute normal yang telah direncanakan.
Tentunya, langkah ini harus memperhatikan kondisi cuaca sepanjang rute baru dan tidak mengganggu lalu lintas udara lainnya.
Dengan cara ini, jarak tempuh yang semula lebih panjang karena harus melewati beberapa titik bisa dipangkas, sehingga perkiraan waktu kedatangan bisa kembali sesuai jadwal awal, meski sebelumnya sempat menyimpang dari jalur normal untuk menghindari awan Cumulonimbus (CB).
Setiap wilayah dan ketinggian memiliki kondisi angin yang berbeda-beda.
Kebetulan saat itu, jalur penerbangan yang mereka lalui mendapat dorongan angin dari belakang (
tail wind
), sehingga kecepatan pesawat relatif meningkat.
Dorongan ini membuat waktu yang dibutuhkan untuk tiba di tujuan menjadi lebih singkat.
Riki pun menyadari bahwa alam seakan mendukung mereka, ditambah doa dari berbagai pihak.
“Ya balik lagi. Alam semesta mendukung karena doa-doa dari semuanya,” kata Riki, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/11/2025).
Manuver itu akhirnya bisa dimitigasi dengan baik.
Pukul 07.35 WIB, Airbus A400M akhirnya menyentuh landasan Halim Perdanakusuma, momen bersejarah yang menandai tibanya pesawat angkut berat berukuran jumbo pertama Indonesia.
Meski pesawat hanya telat lima menit dan disambut hangat oleh para personel TNI AU, Riki tak bisa menutupi sedikit rasa kecewa.
Baginya, lima menit itu terasa seperti jeda kecil yang membuat ia tak bisa menuntaskan tugasnya sebaik yang diharapkan.
Namun, di balik rasa kecewa itu, Riki tetap tenang.
Ia menyadari, alam punya caranya sendiri untuk berbicara.
Keselamatan awak pesawat selalu menjadi prioritas utama, mengingat setiap penerbangan membawa tanggung jawab yang jauh lebih besar daripada sekadar waktu dan jadwal.
“Intinya sudah berusaha sebaik-baiknya,” tegas dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.