Malang (beritajatim.com) – Warga Jalan Sulfat Utara, Kelurahan Pandanwangi atau Sonokembang, Kota Malang, terpaksa membangun jembatan darurat dari bambu secara swadaya. Langkah ini diambil setelah jembatan utama di kawasan tersebut ambrol dua pekan lalu dan belum juga diperbaiki oleh Pemerintah Kota Malang.
Ketua Karang Taruna RT04 RW05 Sonokembang, M Choirul Anam, mengatakan warga bergotong royong membangun jembatan darurat pada Minggu (26/10/2025). Sedikitnya 53 orang terlibat dalam kegiatan tersebut dengan memanfaatkan bambu yang tumbuh di sepanjang sungai di sekitar lokasi.
“Kemarin kita ambil di dekat sungai. Kita pilih bambu ori karena memang kuat. Jadi ini memang inisiatif warga, karena kami ingin akses di sini terhubung kembali,” ujar Anam, Rabu (29/10/2025).
Pasca ambrolnya jembatan, akses utama warga sempat tertutup untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Namun setelah pembangunan jembatan darurat selesai, jalur kembali bisa dilalui kendaraan roda dua dengan cara dituntun demi keselamatan.
Menurut Anam, inisiatif warga muncul karena banyak keluhan akibat terputusnya jalur tersebut. Dampaknya, warga harus memutar hingga 20 menit untuk mencapai kawasan seberang. Kondisi itu membuat aktivitas ekonomi terganggu, terutama bagi pedagang yang mengandalkan jalur jembatan sebagai akses utama.
“Ini kan akses utama ya. Jelas jembatan itu ambrol mengganggu konektivitas warga. Pedagang, pelajar, dan warga harus memutar. Apalagi pedagang yang ada di dekat jembatan terpaksa sepi karena tidak ada yang melintas,” tuturnya.
Warga berharap pemerintah segera memperbaiki jembatan secara permanen. Mereka mendengar rencana pembangunan jembatan bailey dan berharap realisasinya tidak berlarut.
“Kami berharap lebih dipercepat untuk pengerjaannya. Kalau mau ada pengerjaan jembatan bailey mohon dipercepat. Katanya masih pengajuan, nah kami kan tidak tahu kapan dikerjakan,” kata Anam. [luc/beq]
