Bojonegoro (beritajatim.com) – Puluhan pemilik sepeda motor di Kabupaten Bojonegoro mengeluhkan kendaraannya mendadak bermasalah, mulai dari mesin tersendat (brebet), tarikan berat, hingga sulit dinyalakan (sulit distarter) dalam beberapa hari terakhir.
Dugaan kuat, kerusakan ini dipicu oleh penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite yang diindikasi telah tercampur air atau etanol dengan kadar yang tidak wajar. Fenomena ini menjadi perhatian setelah sejumlah bengkel di Bojonegoro mengalami lonjakan jumlah motor dengan keluhan serupa.
Di salah satu bengkel resmi di wilayah kota Bojonegoro, seorang mekanik berinisial S mengungkapkan bahwa sejak awal pekan ini, bengkelnya telah menerima sedikitnya 45 unit motor dengan keluhan identik.
“Rata-rata motor yang datang ke sini mengeluh brebet dan susah hidup. Setelah dicek, businya hitam dan cepat kotor, ini adalah indikasi dari pembakaran yang tidak sempurna,” ujar S pada Sabtu (26/10/2025).
Ia menambahkan, hampir semua motor yang bermasalah tersebut baru saja mengisi BBM jenis Pertalite dari beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di sekitar Bojonegoro kota. Setelah dilakukan langkah penanganan berupa pengurasan tangki bahan bakar dan penggantian busi, kondisi motor kembali normal.
“Setelah diganti busi dan bahan bakarnya dikuras, performa motor kembali seperti semula. Tapi kalau masih pakai bensin yang sama, ya brebet lagi,” jelasnya, menguatkan dugaan masalah terletak pada kualitas BBM.
Laporan serupa juga datang dari bengkel di Kecamatan Baureno, yang mencatat lonjakan penjualan busi. Mekanik J menyebutkan, kurang lebih 50 motor mengalami masalah brebet hingga terpaksa mengganti busi usai mengisi Pertalite.
Sementara Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Ahad Rahedi, mengungkapkan, saat ini pihaknya telah melakukan monitoring via media sosial terhadap fenomena banyaknya keluhan pemilik kendaraan bermotor yang tiba-tiba rusak.
“Namun, untuk kelengkapan pendataan kami menghimbau agar masyarakat juga menyampaikan kendala yang dialami melalui call center 135,” ujarnya.
Hal itu dimaksudkan guna pendataan histori pembelian terakhir di SPBU mana dan produk yang dibeli, termasuk jumlah volume pembelian terakhir sebelum dirasa ada perbedaan performa kendaraan.
“Sampel produk dari SPBU yang ramai disampaikan via medsos juga sudah kami ambil untuk dikirimkan ke lab untuk pengujian lanjutan,” tambahnya.
Pihaknya menegaskan, penurunan performa jenis kendaraan baik roda empat maupun roda dua ini banyak faktor, mulai dari merk, tipe, maupun tahun pembuatan. Asumsi saat ini, lanjut dia, jika produk yang disalurkan dari SPBU akan berdampak pada semua jenis dan merk kendaraan.
Disinggung soal banyaknya pertanyaan masyarakat yang mempertanyakan hal tersebut sebagai bagian uji coba penambahan etanol 10 persen, Ahad menyatakan tidak benar.
“Tidak benar,” pungkasnya. [lus/but]
