Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli Indonesia berupaya untuk terus menyiapkan 1 juta pekerja hijau per tahun dalam mengantisipasi tantangan krisis iklim.
Dia memperingatkan bahwa dunia berpotensi kehilangan hingga 18 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dalam tiga dekade ke depan akibat dampak perubahan iklim.
Menurutnya, nilai tersebut setara dengan sekitar US$58 triliun per tahun, menggambarkan besarnya ancaman ekonomi global jika transisi menuju ekonomi hijau tidak dilakukan dengan cepat dan terencana.
“Akan ada pengurangan PDB dunia sekitar 18% dalam 30 tahun ke depan. Ini setara dengan sekitar 58 triliun dolar AS kerusakan global per tahun. Saya pikir angka itu cukup tinggi,” ujar Yassierli saat memberikan pemaparan dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Sabtu (11/10/2025).
Yassierli menegaskan, Indonesia berkomitmen mencapai net zero emission atau emisi nol bersih pada 2060, dengan target mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 32% pada 2030 dibandingkan dengan skenario business as usual. Namun, menurutnya, keberhasilan transisi energi tidak hanya bergantung pada kebijakan, melainkan juga pada kesiapan masyarakat dan tenaga kerja.
“Transisi ini hanya akan berhasil jika masyarakat kita sudah siap. Oleh karena itu, Kementerian Ketenagakerjaan berkomitmen untuk menjalankan program peningkatan keterampilan dan pelatihan ulang bagi setidaknya satu juta orang per tahun hingga 2029,” jelasnya.
Dia menambahkan, pemerintah telah mengintegrasikan pekerjaan ramah lingkungan ke dalam rencana pembangunan nasional, menyusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di bidang hijau, serta memperkuat Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas agar masyarakat di tingkat akar rumput memiliki akses terhadap pelatihan keterampilan hijau.
Yassierli juga menyoroti hasil studi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2025 yang mengidentifikasi sekitar 2.000 jenis pekerjaan baru ramah lingkungan di berbagai sektor.
“Kita melihat transisi energi bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai peluang. Akan ada hampir 2.000 pekerjaan baru yang telah diidentifikasi sebagai pekerjaan ramah lingkungan ini peluang besar bagi kita,” ujarnya.
Menurut data tersebut, sekitar 90% pekerjaan hijau akan muncul di subsektor tenaga dan kelistrikan, seiring dengan kebijakan RUPTL 2025–2034 yang menargetkan 75% pembangkit listrik baru berasal dari sumber energi terbarukan.
“Penting memastikan bahwa perubahan menuju ekonomi hijau tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga mewujudkan pekerjaan yang lebih baik, berkeadilan, dan berkelanjutan bagi seluruh pekerja Indonesia,” tandas Yassierli.
