Afghanistan Perketat Kontrol Digital, Akses Media Sosial Dibatasi

Afghanistan Perketat Kontrol Digital, Akses Media Sosial Dibatasi

Jakarta

Pemantau internet global NetBlocks melaporkan, akses ke sejumlah platform media sosial utama saat ini dibatasi di Afganistan.

“Data kami menunjukkan bahwa platform seperti Instagram, Facebook, dan Snapchat kini dibatasi di beberapa penyedia layanan internet di Afganistan,” tulis NetBlocks melalui akun X (dulu Twitter) pada Rabu (8/10).

Pemerintahan Taliban sejak 2022 telah melarang penggunaan TikTok.

Menurut laporan stasiun penyiaran lokal Ariana News, pengguna media sosial mulai melaporkan adanya pembatasan sejak Senin malam. Beberapa pengguna menyebut akses internet mereka terputus sepenuhnya di wilayah tertentu, sementara lainnya mengalami koneksi lambat atau layanan yang tidak stabil.

Seorang warga di ibu kota Kabul dan seorang lagi di Mazar-i-Sharif, kota besar di utara Afghanistan, mengatakan kepada kantor berita Jerman dpa, mereka tidak dapat mengakses Instagram dan Facebook tanpa menggunakan VPN (Virtual Private Network), yang memungkinkan pengguna melewati pembatasan internet.

Beberapa platform media sosial masih bisa diakses

Sejumlah platform lain seperti WhatsApp dan X dilaporkan masih berfungsi, demikian dirilis dpa. Namun, kantor berita AFP menyebutkan, jurnalis mereka di beberapa provinsi Afganistan tidak dapat mengakses media sosial melalui ponsel, dan mengalami penurunan kecepatan internet yang signifikan.

Taliban sejauh ini belum memberikan konfirmasi resmi terkait pembatasan tersebut, menurut laporan sejumlah kantor berita.

Taliban sempat memutus total internet

Pemerintahan Taliban juga sempat memutus total layanan internet dan telekomunikasi selama hampir 48 jam pada akhir September lalu.

Pemutusan koneksi internet yang berlangsung dari 29 September hingga 1 Oktober itu, membuat Afganistan hampir sepenuhnya terisolasi dari dunia luar.

Sejumlah kelompok HAM mengecam langkah tersebut, dan menilai pemutusan akses internet memiliki dampak serius bagi masyarakat, terutama bagi perempuan dan anak perempuan yang semakin terpinggirkan di bawah rezim Taliban.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Fika Ramadhani

Editor: Agus Setiawan


(ita/ita)