Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pariwisata (Kemenpar) optimistis target kunjungan wisatawan asing atau wisatawan mancanegara (wisman) bisa mencapai 14,5 juta hingga 15 juta dapat tercapai hingga akhir tahun ini.
Deputi Bidang Pengembangan Penyelenggara Kegiatan Kemenpar Vinsensius Jemadu menyampaikan bahwa sepanjang Januari—Agustus 2025, jumlah wisman telah mencapai sekitar 10 juta atau naik 10,4% secara tahunan (year-on-year/YoY), salah satunya didorong oleh kegiatan MICE (meetings, incentives, conferences, exhibitions) dan pergelaran.
“Jadi jajaran Kementerian Pariwisata kami sangat optimistis bahwa target 14,5 juta-15 juta wisatawan mancanegara Itu akan tercapai,” kata Vinsensius dalam konferensi pers di Kantor Kemenpar, Jakarta Pusat, Senin (6/10/2025).
Dia lantas menyinggung perihal persetujuan pengesahan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 10/2009 tentang Kepariwisataan (RUU Pariwisata) di rapat paripurna DPR RI beberapa hari lalu.
Menurut Vinsensius, beleid yang tengah menanti tanda tangan Presiden Prabowo Subianto itu akan banyak mengatur terkait industri MICE dan pergelaran (events).
“Hal ini menjadi concern Ibu Menteri [Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana] bagaimana kita bisa naik kelas untuk event-event yang sudah layak menjadi kelas internasional,” ucapnya.
Selain itu, dalam waktu dekat, Kemenpar juga akan menggandeng Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (Gipi) dalam menyelenggarakan Southeast Asia Business Forum (Seabef) serta Wonderful Indonesia Tourism Fair (WITF) 2025.
“Forum ini diharapkan memperkuat citra Indonesia sebagai destinasi utama MICE dunia dan memberikan tentunya dampak ekonomi bagi sektor pariwisata,” ujar Vinsensius.
Sementara itu, Menpar Widiyanti Putri Wardhana menyampaikan berbagai tantangan pengembangan industri event Tanah Air, antara lain pembiayaan dan investasi.
Selain itu, terdapat pula terdapat kesenjangan infrastruktur dan fasilitas pendukung di dalam ekosistem event, kemudian terkait perizinan dan regulasi, hingga komitmen terhadap keberlanjutan dan inklusivitas.
“Tantangan-tantangan inilah yang menjadi kendala pengembangan industri event. Kami percaya melalui dialog terbuka dan kolaborasi antar pelaku industri, akademisi, dan regulator, kita dapat menemukan solusi yang tepat dan berkelanjutan,” tutur Widiyanti dalam kesempatan sebelumnya.
