Hari Keenam Tragedi Ponpes Al Khoziny Sidoarjo 49 Korban Belum Ditemukan, DVI Kesulitan Lakukan Identifikasi

Hari Keenam Tragedi Ponpes Al Khoziny Sidoarjo 49 Korban Belum Ditemukan, DVI Kesulitan Lakukan Identifikasi

Surabaya (beritajatim.com) – Tragedi Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo telah memasuki hari keenam pada Sabtu (4/10/2025). Data terbaru mencatat ambruknya bangunan mushola ponpes tersebut menewaskan 14 orang, 103 santri berhasil selamat, sementara 49 santri masih belum ditemukan.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan pada hari keenam pencarian, pihaknya sudah mulai memasukkan alat berat ke titik reruntuhan. Selain itu, petugas evakuasi juga memetakan lokasi-lokasi yang diduga terdapat korban.

“(hari ini) alat berat sudah masuk ke titik yang runtuh. Sehingga mudah-mudahan per hari ini ini akan lebih banyak lagi yang ditemukan,” kata Suharyanto.

Ia mengakui muncul desakan dari anggota keluarga korban di lokasi, namun menegaskan para petugas telah bekerja maksimal. Menurutnya, keluarga inti selalu mendapatkan laporan dan rencana evakuasi sejak hari pertama.

“Mungkin ada sedikit masyarakat keluarga yang sebetulnya bukan keluarga inti. Kalau keluarga inti orang tuanya itu sudah dijelaskan sejak hari pertama dan setiap langkah-langkah yang dilakukan oleh tim ini semuanya dikomunikasikan dengan keluarga,” tegasnya.

Sementara itu, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Pusdokkes Mabes Polri menghadapi tantangan besar dalam mengidentifikasi jenazah yang ditemukan sejak hari keempat pencarian. Kendalanya, sebagian besar korban berusia di bawah 17 tahun sehingga tidak memiliki data sidik jari di kependudukan. Selain itu, pakaian korban cenderung seragam, yakni baju koko dan sarung tanpa tanda khusus.

“Karena usia masih anak-anak, kan belum membuat KTP. Lalu juga karena proses pembusukan, secara visual juga sudah berubah,” ujar Kabid DVI Kapusdokkes Mabes Polri Kombes Pol dr. Wahyu Hidajati.

Dari sisi struktur gigi, lanjut Wahyu, pertumbuhan anak-anak hampir serupa sehingga tidak ditemukan ciri khas. “Misalnya ada yang copot satu atau apa itu belum ada yang khas dari laporan keluarga, dan yang ditemukan. Jadi untuk dari gigi juga agak kesulitan untuk membandingkan,” paparnya.

Ia menambahkan, data pembanding dari keluarga korban juga masih minim. Banyak orang tua tidak mengingat letak tahi lalat, tanda lahir, atau ciri fisik anak mereka secara detail. “Banyak keluarga yang tidak hafal detail letak tahi lalat anaknya. Meskipun ada yang hafal, tapi sampai sekarang perbandingannya itu belum ketemu gitu. Jadi itulah kondisi saat ini yang menjadi kendala kami,” pungkasnya.

Hingga hari keenam tragedi Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, keluarga korban dihimbau menunggu informasi di RS Bhayangkara Polda Jatim yang kini menjadi posko terbaru. Lokasi tersebut dinilai lebih representatif dengan dukungan logistik yang lebih baik, sehingga diharapkan keluarga bisa melewati masa krisis dengan lebih tenang. (ang/ian)