Bisnis.com, JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan teknologi iradiasi pangan yang dapat membuat makanan lebih tahan lama, terutama produk pangan yang akan diekspor, hingga makanan pada program Makan Bergizi Gratis alias (MBG).
Peneliti Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi BRIN, Murni Indarwatmi mengatakan, teknologi iradiasi sangat diperlukan untuk menjaga kualitas dari komoditas pangan yang akan diekspor, terutama buah-buahan.
Pasalnya, sejumlah negara seperti Australia, Jepang dan China mewajibkan produk buah-buahan yang diekspor ke negara tersebut sudah melalui proses iradiasi.
“Sebagaimana diketahui dari berita-berita, beberapa kali ekspor buah-buahan dari Indonesia ditolak, karena adanya kebusukan, atau ditemukan hama berupa belatung dan lalat buah,” ujarnya dalam webinar secara virtual, Kamis (2/10/2025).
Teknologi iradiasi bisa memperpanjang masa simpan makanan, mengurangi kontaminasi bakteri atau mikroba yang dapat merusak produk pangan, membuat lebih cepat busuk dan kehilangan nutrisi.
Adapun, beberapa keunggulan teknologi iradiasi yakni efektif membunuh mikroba, hama, dan mampu menjangkau hama tersembunyi, sehingga membuat kualitas produk tetap terjaga.
“Pada buah dan sayuran, radiasi dosis rendah dapat menekan aktivitas fisiologis seperti produksi etilen atau hormon pematangan. Sehingga memperlambat pematangan dan memperpanjang umur simpan,” ujarnya.
Secara teknis, iradiasi untuk buah tropis terdiri dari dua teknik. Pertama, saat masa pra-panen dengan Teknik Serangga Mandul (TSM) di kebun dengan mengendalikan populasi lalat buah. Caranya, dengan melepaskan serangga mandul ke seluruh area yang terserang untuk menurunkan populasi hama di lapangan dengan spesies yang sama.
Kedua, iradiasi fitosanitari yang diterapkan pasca-panen untuk komoditas ekspor. Teknik ini menggunakan radiasi gamma, sinar-X, atau elektron berenergi tinggi terhadap komoditas pertanian. Tujuannya untuk mengendalikan atau menonaktifkan organisme pengganggu tumbuhan karantina, seperti serangga hingga bakteri.
Terpisah, Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, R. Hendrian, mengatakan pemanfaatan radiasi pangan tidak hanya terbatas pada ekspor, tetapi juga bisa menunjang program makan bergizi gratis (MBG) dan logistik saat terjadi bencana di wilayah terpencil.
“Dengan pemanfaatan yang tepat, radiasi pangan mampu memberikan kontribusi nyata bagi ketahanan pangan dan penanganan darurat secara efektif,” ujar Hendrian mengutip laman resmi BRIN, Kamis (2/10).
Hendrian menambahkan, untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi ini, perlu ada pendalaman lebih lanjut bersama para pemangku kepentingan. Standarisasi diperlukan, mencakup standar mutu produk, standar dosis iradiasi, dan standar operasional fasilitas iradiasi.
