Gerakkan Ekonomi Rakyat, Menteri UMKM Minta Publik Pahami Program MBG Secara Menyeluruh – Page 3

Gerakkan Ekonomi Rakyat, Menteri UMKM Minta Publik Pahami Program MBG Secara Menyeluruh – Page 3

Liputan6.com, Jakarta – Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menegaskan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya bertujuan meningkatkan gizi anak, tetapi juga menggerakkan roda perekonomian masyarakat di level bawah.

“MBG bukan hanya sekadar menyasar peningkatan gizi anak, tetapi juga membangun sebuah ekosistem usaha. Agar betul-betul ekonomi bergerak di lapisan bawah,” ujar Menteri Maman di Jakarta, Rabu (1/10).

Menurut Maman, sejumlah tantangan dan persoalan yang muncul dalam pelaksanaan program ini harus dipandang sebagai bagian dari proses evaluasi dan penyempurnaan berkelanjutan.

“Penyempurnaan harus dilakukan terus-menerus oleh kita semua. Saya pikir masih ada waktu untuk melakukan perbaikan sistem, evaluasi tata kelola, dan hal-hal lain yang relevan,” tegasnya.

Luruskan Isu SPPG Fiktif

Maman juga menanggapi isu mengenai Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) fiktif yang sempat mencuat di publik. Menurutnya, anggapan tersebut keliru dan perlu diluruskan.

“Dalam kebijakan Badan Gizi Nasional (BGN), dikenal istilah roll back, di mana terhadap kasus itu ditemukan sekitar lima ribuan SPPG yang telah mendaftar namun tidak segera membangun dan memulai kegiatan. Itulah yang akan dihapus jika tidak melanjutkan pembangunan. Jadi bukan berarti ada SPPG fiktif,” jelas Maman.

Ia mengaku pernah menerima laporan dari sejumlah pengusaha yang sudah mendapatkan beberapa titik SPPG, namun terkendala kemampuan finansial untuk membangun. Dari pengalaman itu, menurutnya perlu ada evaluasi mendalam terkait regulasi dan kebijakan BGN.

“Pertama, BGN sendiri yang menentukan titik beserta sekolahnya. Kedua, jangan beri kesempatan bagi siapa pun untuk mengelola dapur umum yang jumlahnya melebihi batas,” katanya.

Multiplier Effect bagi UMKM

Lebih jauh, Maman menekankan bahwa MBG tidak hanya menyentuh aspek gizi, tetapi juga melahirkan ekosistem usaha yang berdampak langsung ke masyarakat.

“Sebagai contoh, satu SPPG bisa melibatkan hingga 15 pemasok, dan setiap pemasok memiliki sekitar 3–5 pekerja. Artinya, ada multiplier effect berupa keterlibatan UMKM sekaligus penyerapan tenaga kerja lokal. Dan itu nyata terjadi,” ujarnya.

Dengan demikian, kata Maman, MBG dapat menjadi motor penggerak ekonomi kerakyatan. Ia berharap publik melihat program ini secara lebih luas, tidak sebatas pada penyediaan makanan bergizi bagi anak-anak sekolah, melainkan juga sebagai sarana pemberdayaan UMKM dan penciptaan lapangan kerja di berbagai daerah.