Bisnis.com, GARUT- Keracunan akibat program makan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Garut, Jawa Barat kembali terjadi. Kali ini puluhan siswa dari tiga sekolah di Kecamatan Kadungora harus mendapatkan perawatan medis di Puskesmas Kadungora, diduga keracunan MBG.
Kepala Puskesmas Kadungora, Noni Cahyana, menyebutkan jumlah siswa yang ditangani semula hanya 19 orang pada Selasa (30/9/2025). Namun hingga petang Rabu (1/10/2025) jumlahnya bertambah menjadi sebanyak 147 orang, diduga karena mengonsumsi MBG.
“Sementara data yang datang ke UGD 92 orang, sekarang ada penambahan orang lagi,” ujarnya, Rabu (1/10/2025).
Dari catatan medis, korban terdiri dari dua siswa sekolah dasar, delapan siswa SMP PGRI Kadungora, dan sisanya merupakan siswa SMP Negeri 1 Kadungora.
Selain siswa, satu orang guru juga ikut menjadi korban karena sempat mencicipi hidangan MBG yang disajikan di sekolah.
Menurut Noni, tim medis puskesmas terus bersiaga karena masih ada kemungkinan penambahan pasien baru. Sejak siang hingga menjelang malam, korban keracunan berdatangan secara bergelombang. Gejala yang dikeluhkan meliputi pusing, mual, hingga sesak napas.
Wiwin, salah satu orang tua siswa, mengisahkan kondisi anaknya yang mendadak drop setelah menyantap makanan MBG. “Tadi anak saya langsung sesak, tidak ingat,” ungkapnya.
Situasi darurat ini membuat petugas medis bekerja ekstra. Di sisi lain, aparat kepolisian turun ke lokasi untuk mengamankan situasi serta meminta keterangan saksi-saksi, termasuk pihak sekolah dan penyedia makanan.
Sebelumnya, sebanyak 657 orang mengalami gejala keracunan, mulai dari mual, pusing, hingga muntah akibat keracunan MBG.
Kepolisian Resor Garut melalui Satuan Reserse Kriminal telah memintai keterangan dari 19 orang saksi. Dugaan awal mengarah pada makanan yang diproduksi oleh Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Al-Bayyinah 2. Polisi kemudian bergerak cepat mengamankan sampel dan memanggil berbagai pihak untuk dimintai keterangan.
Kepala Satreskrim Polres Garut, AKP Joko Prihatin, menegaskan pemeriksaan berlangsung intensif. Dia menyebut saksi berasal dari beragam latar belakang, mulai dari pihak sekolah, petugas keamanan, korban pelajar, hingga pengelola dapur penyedia makanan.
Menurutnya, jumlah saksi masih mungkin bertambah seiring pendalaman kasus.
“Proses klarifikasi masih berjalan. Setiap pihak yang dianggap mengetahui peristiwa ini akan dipanggil,” ujar Joko.
Selain pemeriksaan saksi, polisi menunggu hasil uji laboratorium terhadap sejumlah sampel makanan dan bahan baku yang diamankan dari dapur penyedia.
Pemeriksaan dilakukan di laboratorium kesehatan di Bandung. Hasil tersebut menjadi kunci penentuan langkah hukum selanjutnya, termasuk potensi penetapan tersangka jika ditemukan unsur kelalaian dalam proses pengolahan atau penyajian.
