Fenomena Bundir dan Menyingkap Rapuhnya Mental Generasi Muda di Blitar

Fenomena Bundir dan Menyingkap Rapuhnya Mental Generasi Muda di Blitar

Blitar (beritajatim.com) – Fenomena bunuh diri kian marak terjadi di Blitar. Mirisnya pelaku bunuh diri di Blitar kini justru merupakan orang-orang usia produktif atau generasi muda. Dari data yang dihimpun, selama 1 pekan terakhir ada 3 kasus bunuh diri yang melibatkan generasi muda di Blitar.

Bahkan 2 kasus cukup menyita perhatian karena dilakukan dengan cara cukup ekstrim yakni menabrakan diri ke kereta api. Pola bunuh diri ke 2 kasus itu pun sama yakni meninggalkan sepeda motor di dekat perlintasan dan kemudian menabrak diri ke kereta api yang sedang melaju.

Pelaku bunuh dirinya pun juga termasuk generasi muda. Dalam kasus yang terjadi di Srengat Kabupaten Blitar pelaku bunuh dirinya masih berusia 20 tahun, sementara pelaku yang menabrakkan diri di perlintasan jalan Bakung Kota Blitar juga masih berusia 25 tahun.

Psikolog RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Yeni Rofiqoh mengungkap bahwa fenomena bunuh diri yang terjadi di Blitar ini menunjukkan adanya ketahanan mental yang rendah serta resiliensi emosi yang rendah. Yeni menduga ada kekurang mampuan dari generasi muda Blitar untuk mengendalikan emosi dan permasalahan.

“Ketahanan mental ini dibentuk dari interaksi bawaan genetik (internal diri) dengan pengaruh sekitar selama masa tumbuh kembang. Jika anak kurang terlatih menghadapi masalah, maka muncullah pengambilan keputusan yang kurang tepat. Kenapa tidak terlatih, karena pengasuhan yang yang kurang tepat, adanya konflik di keluarga, faktor pendidikan, kondisi sosial ekonomi,” ungkap Yeni pada Jumat (26/9/2025).

Yeni pun mengungkapkan bahwa sebenarnya akar permasalahan dari ketidakmampuan untuk menghadapi tekanan dan permasalahan itu berasal dari kesalahan pola asuh. Pola asuh yang salah sejak usia dini akan membuat anak tumbuh dan berkembang dalam kondisi gugup menghadapi tekanan.

“Selain faktor ketahanan mental yang rendah akibat pola asuh yang kurang tepat. Biasanya memang pada orang yang memiliki ide bunuh diri, memiliki kesulitan untuk terbuka dalam mengungkapkan pendapat ataupun mengekspresikan apa yang dirasakan dengan nyaman. Sehingga semua yang dialami diinternalisasi sebagai beban diri sendiri dan ingin terlihat baik-baik saja dihadapan banyak orang. Saat ada keinginan untuk cerita, meminta pendapat orang lain, biasanya yang muncul malah perasaan takut disalahkan, dijadikan bahan obrolan, dan rasa malu yang besar kalau ada orang lain tahu,” bebernya.

Menurut Yeni, bunuh diri sebenarnya bisa dicegah sejak dini dengan cara komunikasi yang lebih terbuka. Pentingnya mengobrol dengan sesama dan orang tua bisa jadi jalan keluar atas segala permasalahan yang dipikul selama ini.

Jika tak bisa dan memiliki kecenderungan introvert maka bisa datang ke psikolog profesional. Bahkan, bunuh diri sebenarnya bisa dicegah dengan hal-hal sederhana, seperti mengenang kembali masa kecil yang indah atau bernostalgia dengan suasana dulu.

“Alihkan pikiran dan dirimu pada hal lain yang menyenangkan serta produktif. lakukan hal yang menurut kamu menyenangkan, tidak harus yang mahal. Misal beli es cendol yang bikin kamu ingat waktu kecil yang membahagiakan. Atau mau jogging, nge-gym, senam, malah lebih bagus. Pada dasarnya setiap orang paham saat dirinya sudah merasa tidak mampu dan harus minta tolong kepada orang lain,” tandasnya.

Yeni pun menitipkan pesan kepada anak muda di Blitar. Bahwa bunuh diri bukan jalan keluar atas segala permasalahan, justru hal tersebut akan menyisakan kesedihan yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. [owi/beq]

Jika Anda atau orang terdekat mengalami kesulitan, depresi, atau memiliki pemikiran untuk bunuh diri, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Anda bisa menghubungi layanan konseling seperti Layanan itu adalah 119 ext 8 atau SEJIWA atau Into the Light Indonesia di nomor telepon (021) 7500366 atau melalui situs web intothelightid.org, atau bisa juga menghubungi Yayasan Sehat Mental Indonesia (SMI) di +62 822-1086-1360.