Surabaya (beritajatim.com)– Dari banyaknya tren yang disebabkan oleh kreativitas gen-Z, tren pernikahan dengan mengundang berbagai pedagang kecil untuk menyajikan menu makanannya menjadi sorotan masyarakat.
Tren ini tidak hanya dinilai sebagai bentuk melariskan UMKM pedagang kecil, tetapi juga sebagai upaya memperkenalkan kuliner lokal kepada para tamu undangan.
Bahkan, banyak anak muda yang menjadikan tren ini sebagai wedding dream mereka. Alih-alih mengadakan acara pernikahan yang mewah, gen-Z pada saat ini cenderung lebih memilih pernikahan yang sederhana, tetapi memorable. Pernikahan tidak hanya sekedar pesta dengan undangan banyak orang, tetapi juga kesakralan dan keintiman yang akan selalu dikenang.
Hidangan seperti cilok, cimol, bakso, mie ayam, es buah, kopi, lekker, dan lainnya yang biasanya ditemui di pinggir jalan atau pasar tradisional kini hadir dalam suasana pesta pernikahan yang penuh kehangatan, sehingga memberi kesan unik sekaligus menghadirkan pengalaman kuliner yang berbeda.
Kehadiran pedagang kecil dalam acara pernikahan ini menambah nilai autentik sekaligus menghadirkan nuansa kebersamaan. Para tamu tidak hanya menikmati makanan, tetapi juga turut merasakan cerita dan perjuangan dari setiap pedagang yang dihadirkan.
Mengajak pedagang kecil sebagai bagian dari kehangatan pernikahan juga disebabkan oleh kebiasaan anak muda yang gemar mencari pengalaman autentik dan berbeda dari yang lain. Mereka terbiasa menjadikan kuliner lokal sebagai bagian dari gaya hidup, mulai dari nongkrong di warung kopi sederhana, berburu jajanan kaki lima, hingga mendukung usaha teman sebaya.
Kebiasaan ini tidak hanya membuat pesta pernikahan terasa lebih personal, tetapi juga mencerminkan identitas Gen Z yang peduli terhadap keberlanjutan ekonomi lokal.
Selain itu, konsep ini juga dianggap lebih ramah di kantong dibandingkan dengan menggunakan jasa katering mewah, namun tetap meninggalkan kesan istimewa. Dengan cara ini, Gen Z menunjukkan kepedulian sosial sekaligus kebanggaan terhadap produk lokal, sehingga pernikahan bukan hanya menjadi momen bahagia bagi pengantin, tetapi juga menjadi peluang ekonomi bagi para pedagang kecil.
[Erlina Damayanti]
