Blitar (beritajatim.com) – Kabar viral mengenai aksi pembegalan disertai pembacokan yang menimpa seorang pelajar di wilayah Brongkos, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, dipastikan adalah berita palsu atau hoaks. Kejadian ini sempat membuat heboh media sosial dan grup-grup percakapan setelah beredar video dan foto yang mengklaim korban bernama Syaiful dari Selorejo, dibacok di bagian tangannya.
Dalam unggahan yang viral di Facebook, disebutkan bahwa korban dibacok dua kali di lengan kiri dan dipukuli, lalu diselamatkan oleh seorang sopir truk tebu. Foto korban yang memakai hoodie hitam dan tangannya diperban pun turut menyertai unggahan tersebut. Tak butuh waktu lama, unggahan ini menyebar luas dan meresahkan warga.
Belakangan, fakta terungkap setelah video permintaan maaf dari pelajar yang mengaku korban, Syaiful (14), tersebar di media sosial TikTok. Dalam video tersebut, Syaiful mengakui bahwa cerita pembegalan itu hanya karangan.
“Saya Syaiful umur 14 tahun, warga Selorejo Kabupaten Blitar, saya bukan korban begal. Saya mengarang cerita kena begal di Desa Brongkos Kesamben karena menolak ajakan teman saya untuk pergi ke Desa Donomulyo,” ujarnya.
Syaiful menjelaskan bahwa luka di tangan dan kakinya bukan akibat dibacok, melainkan karena kecelakaan tunggal yang ia alami di perbatasan Desa Selorejo dan Desa Olak Alen. Ia memohon maaf atas kebohongan yang telah ia sebarkan, yang menyebabkan keresahan di masyarakat.
“Sedangkan luka di bagian tangan kiri dan kaki kiri ini, akibat saya mengalami kecelakaan di Kredegseng perbatasan Desa Selorejo Blitar dan Desa Olak Alen. Atas berita yang salah saya ucapkan maaf yang sebesar-besarnya ,” lanjutnya.
Kabar hoaks ini juga telah dikonfirmasi oleh pihak kepolisian. Kasi Humas Polres Blitar, Iptu Putut Siswahyudi, menegaskan bahwa tidak ada laporan atau kejadian begal di lokasi yang disebutkan.
“Ini berita hoaks. Sementara motif (pelaku menyebarkan berita palsu) masih didalami, mohon waktu kami infokan lebih lanjut,” jelas Iptu Putut.
Penyebaran informasi palsu ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk selalu berhati-hati dan memeriksa kembali setiap berita yang diterima, terutama yang beredar di media sosial. Validasi informasi dari sumber terpercaya, seperti pihak kepolisian, sangat penting untuk mencegah penyebaran hoaks yang dapat menimbulkan kepanikan. (owi/ian)
