Fakta Studi, Kualitas Air Minum Bisa Pengaruhi Fungsi Kognitif Anak

Fakta Studi, Kualitas Air Minum Bisa Pengaruhi Fungsi Kognitif Anak

JAKARTA – Kualitas air minum ternyata memiliki kaitan erat dengan tumbuh kembang anak. Sejumlah studi menunjukkan, anak yang kurang terhidrasi berisiko mengalami penurunan fungsi kognitif, termasuk daya konsentrasi hingga kemampuan belajar.

Menurut publikasi di Journal of the American Nutrition Association (Vol 42, 2023) oleh Simon Yuksel, dehidrasi pada anak di Indonesia patut menjadi perhatian serius. Data dari Review of Primary Care Practice and Education Vol 6 (2023) menyebutkan sekitar 22% anak di Indonesia mengalami dehidrasi.

Hal senada terlihat pada The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) yang menemukan hampir separuh siswa sekolah (49,5%) mengalami dehidrasi ringan. Kondisi dehidrasi tersebut karena anak tidak mengonsumsi air minum dengan cukup sebelum dan ketika berada di sekolah. 

Bahkan efek lainnya menurut studi itu, kebiasaan mengonsumsi air sembarangan bisa menurunkan fungsi kognitif anak. Lantas mengapa kualitas air minum penting untuk tumbuh kembang si kecil?

Air merupakan komponen vital otak manusia. Sekitar 75% volume otak terdiri dari air, sehingga sedikit saja penurunan kadar cairan tubuh dapat memengaruhi cara kerja sistem saraf. Pada anak, dehidrasi dapat menurunkan aliran darah dan oksigen ke otak, yang berdampak pada kemampuan memori, fokus, dan kecepatan berpikir.

Selain itu, kualitas air juga menentukan. Air yang tercemar mikroorganisme atau logam berat seperti timbal, arsenik, atau merkuri dapat mengganggu perkembangan sistem saraf anak dalam jangka panjang. Paparan kontaminan tersebut terbukti berhubungan dengan gangguan belajar, penurunan IQ, hingga masalah perilaku.

Sebaliknya, air minum yang cukup dan bebas kontaminan membantu menjaga keseimbangan elektrolit, memperlancar metabolisme sel saraf, serta mendukung regulasi suhu tubuh. Semua faktor ini berkontribusi pada fungsi kognitif yang optimal, terutama pada anak usia sekolah yang sedang berada di fase kritis perkembangan otak.

Studi tersebut menekankan ketersediaan air minum yang layak alias kualitas air yang dikonsumsi di rumah berperan besar, bahkan hingga 80% dalam menentukan kecukupan hidrasi anak. Kekurangan asupan air, baik sebelum maupun saat berada di sekolah, menjadi salah satu penyebab utama kondisi ini.

Pilihan air minum di lingkup rumah tangga

Lebih lanjut, menurut Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2023 menunjukkan lebih dari 40% rumah tangga di Indonesia memilih menggunakan air kemasan bermerek atau isi ulang sebagai sumber utama air minum.

Hal ini mencerminkan kebutuhan masyarakat akan akses yang lebih praktis dan terjamin dalam memastikan kecukupan hidrasi keluarga.

Meski demikian, air yang dimasak tetap menjadi standar kualitas utama. Air yang sudah melalui proses perebusan hingga suhu mendidih terbukti lebih aman untuk dikonsumsi karena dapat membunuh mikroorganisme dan mengurangi risiko kontaminasi.

Seiring berkembangnya teknologi, sejumlah produsen air minum menghadirkan metode pemurnian tambahan, seperti distilasi.

Proses ini dilakukan dengan memanaskan air hingga lebih dari 110°C untuk menghasilkan uap, lalu mengembalikannya menjadi air murni yang bebas dari kontaminan kimia maupun biologis.

“Hasilnya adalah air dengan kemurnian 0 PPM yang bebas kontaminan,” ujar Astrid Adelaide Siregar, Head of Marketing Amidis dalam keterangan persnya kepada VOI.

Produk berbasis teknologi ini umumnya hadir dalam berbagai kemasan, termasuk galon sekali pakai yang dirancang untuk menjaga higienitas sekaligus memudahkan penggunaan di rumah tangga.

“Hasil dari proses ini adalah air dengan kemurnian 0 PPM yang bebas kontaminan,” pungkasnya.