Maka sejalan dengan itu, ucap KDM, civil society atau masyarakat madani juga harus tumbuh dalam bentuk karakter manusia yang kuat.
“(Sehingga) saya juga mengajak mahasiswa, kalau negara tidak boleh koruptif, mahasiswa juga tidak boleh koruptif sama orang tuanya. Tidak boleh menilap uang semesteran, tidak boleh boros,” katanya.
“Karena itu prasyarat untuk membangun civil society yang kuat, yaitu pemimpinnya kuat, rakyatnya juga harus kuat. Pemimpinnya jujur, rakyatnya juga jujur, generasi penerusnya juga harus jujur,” tegasnya.
Di samping itu, dalam menghadapi persaingan global, KDM mendorong perguruan tinggi dapat menyiapkan tenaga-tenaga terampil.
Ia mendorong link and match antara sistem pendidikan dan kebutuhan pasar lapangan kerja sehingga ilmu yang didapat di perguruan tinggi dapat diterapkan di kehidupan secara nyata.
“Problem pendidikan di kita itu antara kebutuhan pasar dengan lulusan perguruan tinggi tidak match. Nah itu yang harus segera dibenahi ke depan sehingga tenaga-tenaga Indonesia mampu menjawab tantangan pasar,” ucapnya.
Maka dalam menghadapi kelulusan, seorang mahasiswa, ujar KDM, diharapkan dapat membuat suatu produk atau inovasi selain karya ilmiah.
Selain itu, civitas akademica juga perlu semakin peka terhadap kondisi lingkungan.
“Misalnya urusan sampah, yang paling banyak bermasalah biasanya malah di pusat-pusat kota, sementara perguruan-perguruan tinggi kebanyakan lokasinya di kota,” tegasnya.
“Itulah apa yang ada dalam pikiran saya, sebaiknya ke depan skripsi, disertasi, tesis itu selain bentuk dalam karya tulis. Seseorang menjadi sarjana karena mempunyai produk,” pungkas KDM.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5301297/original/043122900_1753945054-WhatsApp_Image_2025-07-23_at_18.15.32.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)