Lumajang (beritajatim.com) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang memetakan enam wilayah rawan terdampak banjir lahar Gunung Semeru akibat fenomena kemarau basah yang melanda sebagian Jawa Timur. Peningkatan curah hujan di tengah musim kemarau membuat risiko bencana bagi warga yang bermukim di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Gunung Semeru semakin tinggi.
Kecamatan yang masuk dalam zona rawan meliputi Pronojiwo, Candipuro, Pasirian, Tempeh, dan Tempursari. Selain itu, jalur aliran sungai yang berhulu di Gunung Semeru juga masuk dalam kawasan berisiko, di antaranya Curah Kobokan, Sungai Glidik, Sungai Regoyo, Sungai Besuk Sat, hingga Sungai Rejali.
Kabid Kedaruratan dan Rehabilitasi BPBD Lumajang, Yudhi Cahyono, menjelaskan bahwa banjir lahar dingin bisa terjadi kapan saja, terutama ketika hujan deras turun di wilayah lereng Semeru. Kondisi geografis seperti kemiringan lereng serta panjangnya aliran sungai turut memperbesar kemungkinan material vulkanik bercampur air hujan meluap hingga ke pemukiman.
“Untuk itu, kami imbau warga selalu memantau informasi peringatan dini dari petugas,” kata Yudhi, Selasa (16/9/2025).
Sebagai langkah antisipasi, BPBD telah menempatkan relawan di titik rawan untuk melakukan pemantauan langsung dan memberikan laporan berkala. Yudhi menegaskan kesiapsiagaan menjadi kunci untuk menekan potensi korban jiwa maupun kerugian materi.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena kemarau basah diperkirakan masih berlangsung hingga Oktober 2025. Kondisi ini membuat potensi banjir lahar tetap tinggi, sehingga kewaspadaan masyarakat harus terus ditingkatkan. [has/beq]
