Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan kapasitas produksi tambang PT Freeport Indonesia (PTFI) turun sekitar 70% imbas longsor di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) di Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Dirjen Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan, saat ini PTFI dan Kementerian ESDM masih melakukan evakuasi dan pencarian tujuh pekerja yang terjebak. Oleh karena itu, proses produksi di tambang GBC pun dihentikan sementara.
Menurutnya, hal ini membuat produksi PTFI turun sekitar 70%. Sebab, GBC merupakan tambang terbesar milik PTFI.
“[Produksi turun menjadi] hanya mungkin hanya sekitar 30%,” ucap Tri di Kompleks DPR RI, Senin (15/9/2025).
PTFI memiliki tiga tambang, yakni GBC, Deep Mill Level Zone (DMLZ), dan Big Gossan. Berdasarkan laporan keuangan PTFI, produksi tambang GBC mencapai 133.800 ton per hari sepanjang 2024.
Sementara itu, produksi dari tambang DMLZ mencapai 64.900 ton per hari, sedangkan produksi dari tambang Big Gossan mencapai 8.000 ton per hari.
Lebih lanjut, Tri mengatakan, sampai saat ini tim lapangan masih melakukan pencarian kepada tujuh korban yang terjebak. Dia memerinci, dua orang dari tujuh korban itu merupakan warga negara asing (WNA).
“Ada WNA. Satu [berasal dari] Chile, satu Afrika Selatan, yang lima Indonesia, tapi sudah untuk komunikasi sama kedutaan masing-masing sudah,” ucap Tri.
Sebelumnya, longsor menghantam tambang bawah tanah Freeport di kawasan Grasberg, Tembagapura, Mimika, Papua Tengah pada Senin (8/9/2025) malam.
Peristiwa longsor terjadi sekitar pukul 22.00 WIT. Aliran material basah dalam jumlah yang besar tumpah dari titik pengambilan produksi di salah satu dari lima blok produksi di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, tim di lapangan telah berupaya membuat dua terowongan untuk mencapai titik awal pekerja yang terjebak. Semula, pihaknya telah menargetkan waktu penyelamatan dalam waktu 30 jam.
“Jadi dua terowongan baru itu sudah sampai di titik lokasi awal dan ini tempat pegawai yang terjebak tadi. Tetapi yang bersangkutan tidak ada di lokasi,” kata Yuliot di Kantor ESDM, Jumat (12/9/2025).
Alhasil, waktu penyelamatan melebihi target estimasi awal. Namun, dalam 30 jam sejak kejadian, tim lapangan telah berhasil mencapai titik awal pekerja yang terjebak.
Pasalnya, terowongan yang ada di dalam disebut cukup berliku-liku dan dalam. Hingga saat ini, pihak Kementerian ESDM dan Freeport masih terus mencari cara untuk dapat mencapai lokasi 7 pekerja tersebut.
“Ya mudah-mudahan dalam waktu dekat itu bisa teratasi. Evakuasi itu masih berlangsung,” tuturnya.
