Industri Kreatif Terdampak Gejolak Global, Pemerintah Fokus Penguatan Ekosistem

Industri Kreatif Terdampak Gejolak Global, Pemerintah Fokus Penguatan Ekosistem

Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan industri ekonomi kreatif tidak luput dari dampak pelemahan ekonomi global dan menurunnya daya beli masyarakat.

Deputi Bidang Kreativitas dan Desain Kementerian Ekonomi Kreatif Yuke Sri Rahayu mengatakan konflik geopolitik internasional juga ikut menekan sejumlah subsektor, termasuk fesyen, yang sempat mengalami penurunan permintaan di pasar Amerika Serikat akibat penetapan pajak yang baru.

Saat ini, lanjutnya, pemerintah dan pelaku industri masih berupaya mencari peluang baru. 

“Untuk subsektor fesyen memang ada penurunan, terutama di Amerika, tetapi sekarang kami sedang mengalihkan pasar ke negara lain yang lebih siap menerima produk Indonesia,” ujarnya dalam Indonesia Design Week 2025 Jumat (12/5/2025).

Selain fesyen, subsektor lainnya arsitektur, desain komunikasi visual, desain produk, dan desain interior dinilai memiliki potensi besar untuk berkembang. 

Melalui berbagai pameran dan forum kolaborasi, Kemenparekraf berharap tercipta platform berkesinambungan yang dapat memperkuat ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia.

Meski memiliki potensi besar, Yuke menilai industri kreatif juga masih menghadapi sejumlah tantangan serius. Persoalan permodalan, pemasaran, riset, data, hingga kelembagaan masih menjadi kendala utama. 

Hal lain yang juga krusial adalah rendahnya kesadaran pelaku usaha terhadap perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Oleh karena itu, Kemenparekraf menegaskan bahwa dukungan pemerintah dalam periode 2025–2029 akan difokuskan pada penguatan ekosistem kreatif. 

Hal ini dilakukan melalui kolaborasi hexahelix, yakni melibatkan kementerian/lembaga terkait, pemerintah daerah, lembaga keuangan, pelaku pemasaran, media, dan masyarakat.

“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Penguatan ekosistem ekonomi kreatif hanya bisa tercapai lewat kolaborasi,” jelasnya.

Sementara itu, Chief Marketing Officer Taco, Anastasia Tirtabudi, mengatakan juga sempat mewaspadai dinamika yang dapat memengaruhi industri desain dan material. Beberapa indikatornya karena pelemahan di sektor properti dan turunannya, seperti penjualan apartemen maupun faktor eksternal lainnya. 

Namun, untuk saat ini perusahaan masih optimistis industri desain interior bisa bertahan dengan baik.

Menurutnya, stabilitas ini salah satunya ditopang oleh prioritas proyek dari sektor swasta yang tetap berjalan. 

Selain itu di tengah kekhawatiran akan pelemahan daya beli masyarakat dan perlambatan ekonomi, Taco melihat industri desain interior masih menunjukkan ketahanan. Hingga kuartal III/2025 tahun ini dia menyebut permintaan dari berbagai proyek untuk desain tercatat tetap stabil dan tidak mengalami penurunan signifikan.

“Biasanya kita mengeceknya dari proyek yang berjalan. Syukurnya masih steady hingga kuartal III/2025 ini,” ujarnya.

Menurutnya di tengah kondisi ekonomi yang bergejolak saat ini, pelaku harus melakukan kombinasi inovasi produk, ketahanan kualitas, dan ekspansi distribusi yang menjangkau hingga kota tingkat dua dan tiga. 

“Industri material interior terus berkembang karena desain dan selera pasar bergerak sangat cepat. Kami harus adaptif, bukan hanya mengikuti tren, tapi juga menjawab kebutuhan riil,” katanya 

Selain itu dia melihat masih adanya peluang di sektor kreatif, food and beverages (F&B), retail, hingga hospitality yang membutuhkan material interior efisien dan tahan lama.