Bisnis.com, JAKARTA — PT Karya Citra Nusantara (KCN) menyebut telah melakukan sosialisasi kepada nelayan atas keberadaan tanggul beton di perairan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara yang menjadi polemik belakangan ini.
Direktur Utama PT KCN Widodo Setiadi menyampaikan bahwa pembangunan dermaga atau pier pertama telah berlangsung sejak 2010. Pembangunan yang berlangsung saat ini merupakan pier ketiga yang ditargetkan rampung pada 2026.
“Apakah kami sudah melakukan sosialisasi? Tentu kami lakukan. Misalnya contoh, dengan adanya undang-undang yang dalam berkala berubah, kami juga menyesuaikan,” katanya dalam konferensi pers di kawasan PT KCN, Jakarta Utara pada Jumat (12/9/2025).
Menurutnya, hal tersebut berlaku untuk pengurusan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) hingga perizinan lainnya yang memakan waktu panjang.
Widodo menyebut bahwa PT KCN bersama pendamping hukum turut berkomunikasi dengan nelayan hingga turut memindahkan bagan kapal kecil nelayan yang semula berada di jalur keluar-masuk kapal besar.
“Dalam posisi kami sehari-hari, kami pun bekerja sama dengan kecamatan, biro pelatihan, tujuannya apa? Supaya kami tidak salah sasaran. Karena nelayan pun kan ada juga mungkin yang dari daerah Karawang, Bekasi, tapi kami fokus mengutamakan yang di Cilincing ini,” lanjutnya.
Terkait tanggung jawab sosial kepada nelayan yang terdampak pembangunan dermaga, Widodo berujar sedang mencari formula yang tepat untuk bisa membantu.
Pihaknya saat ini masih mendata nelayan bersama dengan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan (KPKP) DKI Jakarta agar tindak lanjut nanti dapat tepat sasaran.
Dalam perkembangan sebelumnya, nelayan tradisional mengeluhkan keberadaan tanggul beton di kawasan pesisir Cilincing, Jakarta Utara yang berpotensi merugikan nelayan karena mengubah akses keluar dan masuk muara.
Dewan Pembina DPD Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Jakarta Utara Muhammad mengatakan, saat ini nilai kerugian ekonomi belum dapat dihitung secara pasti. Namun, dampak keberadaan tanggul beton terhadap operasional harian nelayan sudah mulai terasa.
“Kerugian secara pasti belum bisa dihitung, yang jelas nelayan pasti dirugikan karena akan lebih jauh untuk keluar/masuk muara dan itu secara otomatis menambah cost setiap pulang atau pergi melautnya,” ujar Muhammad kepada Bisnis, Rabu (10/9/2025).
