Indeks Inflasi Produsen AS Rendah, Wall Street Ditutup Menghijau

Indeks Inflasi Produsen AS Rendah, Wall Street Ditutup Menghijau

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Rabu (10/9/2025) waktu setempat setelah rilis data inflasi produsen AS yang lebih rendah dari perkiraan mempengaruhi ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Berdasarkan data Reuters pada Kamis (11/9/2025), indeks S&P 500 naik 19,72 poin atau 0,30% menjadi 6.532,33. Nasdaq Composite menguat tipis 5,27 poin atau 0,02% ke level 21.884,75. Sebaliknya, Dow Jones Industrial Average melemah 219,15 poin atau 0,48% ke posisi 45.492,19. Sepanjang 2025, S&P 500 telah naik sekitar 11%, sedangkan Nasdaq melonjak sekitar 13%.

Rilis data inflasi produsen atau producer price index (PPI) yang lebih rendah dari perkiraan memberikan dorongan tambahan bagi pasar, memperkuat taruhan investor bahwa The Fed akan memangkas suku bunga tahun ini. Data terbaru pasar tenaga kerja juga mengonfirmasi perlambatan pertumbuhan lapangan kerja di AS.

Alat CME FedWatch menunjukkan pelaku pasar memperkirakan The Fed hampir pasti memangkas suku bunga 25 basis poin pada pertemuan pekan depan, dengan peluang 10% untuk pemangkasan lebih dalam sebesar 50 basis poin.

“Fundamental pasar saham domestik tetap sangat kuat. Namun, valuasi saat ini sudah cukup tinggi dan dapat menjadi faktor penahan bagi reli lebih lanjut,” ujar Bill Northey, Direktur Investasi Senior di U.S. Bank Wealth Management, Montana.

Investor kini menantikan data inflasi konsumen yang akan dirilis Kamis (11/9/2025) waktu setempat, yang dinilai penting dalam menentukan arah kebijakan moneter The Fed.

“Data PPI yang lebih lunak, fokus The Fed yang semakin besar pada pasar tenaga kerja, serta tren revisi turun data ketenagakerjaan bulanan, semuanya memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga,” jelas Jordan Rizzuto, CIO GammaRoad Capital Partners.

Di sisi lain, Gedung Putih menghadapi kemunduran setelah hakim federal pada Selasa (9/9) memblokir sementara upaya Presiden AS Donald Trump untuk memberhentikan Gubernur The Fed Lisa Cook.

Sejumlah bank besar, termasuk Barclays dan Deutsche Bank, menaikkan target akhir tahun untuk S&P 500, dengan alasan kinerja laba korporasi yang kuat, ketahanan ekonomi AS, serta optimisme terhadap perkembangan kecerdasan buatan (AI).

Sementara itu, saham Oracle melonjak dalam kenaikan harian terbesar sejak 1992, setelah perusahaan teknologi tersebut mengungkap lonjakan permintaan dari perusahaan AI untuk layanan cloud-nya. 

Kapitalisasi pasar Oracle sempat menembus US$970 miliar, melampaui nilai pasar Eli Lilly, JPMorgan Chase, dan Walmart, serta mendekati kapitalisasi Tesla yang mencapai US$1,1 triliun.