YOGYAKARTA – September ceria karena PSIM Yogyakarta akan memasuki usia ke-96. Tepat 5 September 2025, PSIM merayakan hari jadi yang digelar secara sederhana dalam doa bersama. Pasalnya bangsa ini baru saja melalui ‘Agustus Kelabu’.
Perjalanan panjang dari sebuah klub yang termasuk salah satu founding fathers PSSI yang sarat akan makna. PSIM memasuki usia hampir satu abad dan saat berdiri pada 5 September 1929, bangsa Indonesia belum merdeka.
Ini menunjukkan PSIM merupakan salah satu klub tertua di bumi Nusantara. Dan, klub yang baru kembali promosi ke kasta tertinggi ini merayakan hari jadi di tengah kondisi bangsa yang memprihatinkan karena peristiwa ‘Agustus Kelabu’.
Aksi demonstrasi yang menelan korban jiwa, tidak hanya di ibu kota di DKI Jakarta tetapi juga di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tidak hanya seorang Ojol yang meninggal saat terjadi aksi demo yang diwarnai rusuh di Jakarta, 28 Agustus 2025.
Seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta juga meninggal dalam aksi demo. Aksi demo berlanjut dengan penjarahan ke kediaman anggota dewan dan menteri. Akibatnya, sebagian masyarakat ketakutan peristiwa ’98 terulang sehingga mereka memilih pergi ke luar negeri.
Laskar Mataram pun memilih untuk merayakan hari jadi dalam kesederhanaan, dengan mengedepankan rasa syukur dan doa. Direktur Utama PSIM, Yuliana Tasno, mengungkapkan kebahagiaan atas pencapaian klub yang kini berada di level kompetisi yang telah lama diimpikan, yaitu Super League. Ini menjadikan peringatan ulang tahun terasa istimewa.
“Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada usia ke-96 ini, PSIM telah berada di level liga yang sejak lama kita impikan,” kata Liana, sapaannya.
Saat mengawali kompetisi, PSIM yang berstatus tim promosi juga menorehkan prestasi yang cukup mengesankan. Mereka mencatat rekor tak terkalahkan selama empat pertandingan pertama. Di laga terakhir, PSIM sukses mengalahkan tuan rumah Maluku Utara 2-0.
Mengusung tema “96 Tahun Mengawal Warisan, Menyongsong Kejayaan”, peringatan hari jadi kali ini menjadi momentum untuk menegaskan kembali peran klub sebagai penjaga tradisi sepak bola Yogyakarta. Tema tersebut sekaligus menjadi ajakan bagi seluruh elemen, mulai dari manajemen, pemain, hingga suporter, untuk terus melangkah maju dengan penuh optimisme.
Di tengah suasana keprihatinan nasional, manajemen PSIM memutuskan tidak mengadakan perayaan ulang tahun yang bersifat massal. Sebagai gantinya, peringatan dilangsungkan secara internal dengan sederhana, melalui prosesi potong tumpeng dan doa bersama.
Menjelang usianya yang hampir satu abad, PSIM merefleksikan perjalanannya dengan khidmat dan syukur. “Kami menghormati serta berkomitmen mendukung pemerintah kota untuk menjaga suasana tetap kondusif,” kata Liana.
“Untuk itu, perayaan kali ini kami ajak seluruh keluarga besar PSIM untuk merayakannya dengan penuh syukur melalui doa masing-masing, tanpa perlu adanya kegiatan berkumpul,” ujar dia menambahkan.
Harapan dan Doa
Keputusan merayakan dalam kesederhanaan ini merupakan cerminan empati klub terhadap situasi bangsa. Momen ini diharapkan dapat semakin mempererat solidaritas dan menjadi pengingat bahwa kekuatan utama PSIM terletak pada kebersamaan.
Lebih dari sekadar klub sepak bola, ada harapan besar agar kehadiran Laskar Mataram dapat terus menjadi berkat dan sukacita bagi masyarakat, baik di Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Indonesia.
Liana meyakini, harapan mulia tersebut hanya bisa terwujud bila seluruh elemen PSIM senantiasa memegang teguh komitmen, integritas, dan kedewasaan dalam setiap langkahnya. Dia juga mengajak seluruh keluarga besar Laskar Mataram untuk bersama-sama menjaga dan mendoakan klub kebanggaan ini.
“Mari kita jaga dan doakan bersama agar PSIM terus menginspirasi dan membanggakan. Selamat ulang tahun PSIM, mugi tansah pinaringan rahmatipun Gusti ingkang Maha Agung,” ujarnya.
