JAKARTA – Sekelompok perusahaan kecerdasan buatan (AI) yang sedang naik daun mendapat manfaat dari putusan antitrust pengadilan di AS pada Selasa 2 September yang memerintahkan Alphabet, induk perusahaan Google, untuk berbagi data pencarian berharganya dengan para pesaing. Namun, menandingi dominasi Google akan membutuhkan waktu dan sumber daya besar, tanpa jaminan bahwa produk saingan akan memenangkan hati pengguna, menurut para ahli.
Meskipun Google terhindar dari hukuman berat seperti penjualan browser Chrome dan sistem operasi Android, putusan Hakim Distrik AS, Amit Mehta, ini menjadi pengakuan terhadap upaya regulator untuk menciptakan persaingan yang lebih adil bagi perusahaan-perusahaan yang telah menginvestasikan miliaran dolar untuk mengembangkan bisnis AI mereka.
Dalam putusannya, Mehta menulis, “Kemunculan AI generatif mengubah arah kasus ini.” Ia menjelaskan bahwa puluhan juta orang kini menggunakan chatbot AI generatif seperti ChatGPT, Perplexity, dan Claude untuk mencari informasi yang sebelumnya mereka dapatkan melalui pencarian internet. Meski chatbot ini belum bisa sepenuhnya menggantikan pencarian tradisional, industri memperkirakan bahwa pengembang akan terus menambahkan fitur pada produk AI generatif agar lebih menyerupai fungsi Google Search.
Kewajiban berbagi data tidak mengubah cara distribusi Google saat ini, yang memungkinkan perusahaan tersebut terus membayar perusahaan seperti Apple untuk menjadikan mesin pencarinya sebagai opsi default. Namun, ini menurunkan hambatan bagi pesaing untuk mengembangkan dan mendistribusikan alternatif pencarian mereka sendiri, kata para ahli.
Ancaman AI dan Kebutuhan Modal Besar
Beberapa pihak mengatakan bahwa produk AI ini merupakan ancaman yang lebih besar bagi Google dibandingkan kasus antitrust itu sendiri. Namun, pengembangan produk tersebut membutuhkan waktu dan sumber daya yang sangat besar, memberikan kepercayaan kepada investor Alphabet dalam jangka pendek.
Mesin pencarian AI dan browser saat ini belum mampu menggerus pangsa pasar Google secara signifikan. Meskipun ChatGPT dari OpenAI telah melampaui Gemini milik Google dalam hal jumlah pengguna, Google telah melawan dengan fitur seperti AI Overviews dan AI Mode untuk mempertahankan pengguna di mesin pencarinya.
“Membangun pengalaman pengguna yang kompetitif berdasarkan data dan indeks yang disediakan Google memerlukan upaya besar,” kata Deepak Mathivanan, analis dari Cantor Fitzgerald. “Dan butuh waktu lebih lama bagi konsumen untuk menerima pengalaman baru ini.”
Pengindeksan adalah cara Google menemukan, menganalisis, dan menyimpan halaman situs web dalam basis datanya untuk memberikan hasil pencarian yang relevan, sekaligus memperluas jangkauan situs web melalui publikasi ulang konten. Bahkan dengan akses ke data Google, membangun produk yang mampu menarik pengguna dari Google akan “sangat mahal,” kata Ben Bajarin, CEO firma konsultan teknologi Creative Strategies.
Namun, sejumlah startup AI yang didukung dana besar telah menggelontorkan investasi ventura yang signifikan untuk tujuan ini. OpenAI menawarkan produk pencarian dalam ChatGPT dan, menurut laporan Reuters pada Juli, hampir merilis browser web untuk menantang Chrome. Startup Perplexity, yang didukung oleh Nvidia, telah meluncurkan pencarian dan browser bertenaga AI, dan kini sedang bernegosiasi untuk memasang browsernya di perangkat beberapa produsen ponsel.
Kekhawatiran Google dan Peluang Pesaing
CEO Alphabet, Sundar Pichai, menyatakan kekhawatiran selama persidangan pada April bahwa langkah berbagi data yang diminta Departemen Kehakiman AS dapat memungkinkan pesaing untuk merekayasa balik teknologi Google. Dengan wawasan tentang kekayaan intelektual Google yang mendominasi pasar, raksasa teknologi dengan dana besar dapat kembali mencoba merebut pasar pencarian.
Microsoft mungkin akan mendorong peningkatan pangsa pasar Bing, dan Apple, yang dianggap tertinggal dalam AI setelah gagal memenuhi janji peningkatan AI untuk produk seperti Siri, bisa mencoba memasuki pasar pencarian, kata Mathivanan.
Hakim Mehta menyatakan dalam putusannya bahwa mengizinkan Google untuk terus membayar perusahaan lain untuk mempromosikan mesin pencarinya “lebih dapat diterima sekarang” karena “perusahaan teknologi besar sedang mengembangkan, dan startup menerima, ratusan miliar dolar dalam modal untuk mengembangkan produk AI generatif yang mengancam dominasi pencarian internet tradisional.”
