Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga pemeringkat Fitch Ratings Inc. menilai bahwa jika kerusuhan di beberapa titik terus terjadi ada risiko melemahkan peringkat kredit Indonesia, karena pertumbuhan ekonomi bisa melemah dan sektor keuangan terbebani.
Menurut Fitch, aksi unjuk rasa yang disertai kekerasan bisa berdampak negatif terhadap profil kredit Indonesia jika kondisi itu sampai membuat prospek pertumbuhan jangka menengah melemah.
Lalu, Fitch juga menyoroti apabila ketegangan sosial-politik terus meningkat bisa berpengaruh terhadap pelebaran defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) di atas perkiraan. Penyebabnya, penerimaan negara yang terbatas.
“Protes yang disertai kekerasan dapat berdampak negatif terhadap profil kredit negara jika hal tersebut melemahkan prospek pertumbuhan jangka menengah, atau jika pemerintah berupaya mengurangi ketegangan sosial dengan meningkatkan belanja secara signifikan,” tulis Fitch dalam catatannya pada Rabu (3/9/2025), dilansir dari Bloomberg.
Komentar tersebut menggemakan kekhawatiran atas ketegangan situasi Indonesia, yang terjadi di tengah keluhan masyarakat atas kondisi ekonomi yang muram, prospek lapangan kerja yang sulit, dan biaya hidup yang tinggi.
Analisis Fitch itu juga senada dengan komentar S&P Global Ratings, yang menjelaskan bahwa tekanan ekonomi bisa mempersulit pemerintah untuk menyeimbangkan prioritas belanja, sekaligus menjaga defisit fiskal di bawah batas 3% sesuai ketentuan undang-undang.
“Ada risiko ketegangan sosial yang berkepanjangan,” tulis Fitch.
Lembaga itu juga menambahkan bahwa ketegangan sosial akan menimbulkan tantangan politik bagi Presiden Prabowo Subianto, meskipun koalisi yang berkuasa memegang mayoritas di parlemen.
Kerusuhan yang berkelanjutan dapat memperlambat pertumbuhan Indonesia dengan mengurangi kepercayaan konsumen dan investasi asing, di tengah pergeseran rantai pasokan global dan kenaikan tarif impor Amerika Serikat (AS).
Turunnya investasi asing langsung juga dapat membuat Indonesia bergantung pada aliran portofolio yang lebih fluktuatif untuk membiayai defisit neraca berjalan yang semakin melebar, yang diproyeksikan Fitch mencapai 1,3% PDB pada 2025 dan 1,7% pada tahun berikutnya.
Adapun, pada Maret 2025, Fitch menegaskan peringkat kredit Indonesia di BBB dengan prospek stabil.
