Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) menyayangkan peningkatan ekspor pakaian ke Amerika Serikat (AS) tak dibarengi dengan penggunaan bahan baku lokal.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor pakaian dan aksesorisnya (rajutan) (HS 61) ke AS tercatat sebesar US$1,57 miliar pada periode Januari-Juli 2025 atau 8,97% dari total ekspor nonmigas ke negara tersebut.
Nilai ekspor HS 61 ke AS pada periode Januari-Juli 2025 meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$1,32 miliar atau naik 18% (year-on-year/yoy).
Sekjen APSyFI Farhan Aqil mengatakan, peningkatan ekspor hanya terasa di sektor hilir dan tidak terintegrasi ke sektor hulu tekstil. Dia juga menyoroti impor nonmigas untuk bahan baku yang terus meningkat untuk sektor tekstil dan produk tekstil (TPT).
“Seharusnya kenaikan ekspor ini bisa dinikmati oleh sektor TPT yang sudah terintegrasi sejak lama, tapi karena banjirnya produk impor dengan stok yang masih banyak, kenaikan ekspor didorong oleh bahan baku asing,” kata Farhan kepada Bisnis, Selasa (2/9/2025).
Data BPS juga menunjukkan impor benang dan kain yang terus meningkat. Pada 2016, impor komoditas tersebut hanya berkisar 230.000 ton untuk benang dan 724.000 ton untuk kain.
Namun, pada 2024, impor benang tercatat mencapai 462.000 ton dan impor kain mencapai 939.000 ton. Kondisi ini mencerminkan adanya indikasi disintegrasi industri, utamanya sektor TPT dalam negeri.
Untuk itu, pihaknya terus mendorong pembenahan polemik integrasi hulu ke hilir di sektor TPT nasional. Hal ini diyakini dapat meningkatkan gairah ekspor maupun pengembangan industri hulu dan hilir di dalam negeri.
Adapun, saat ini pasar AS dan Uni Eropa masih menjadi tujuan ekspor utama TPT. Namun, beberapa laporan pengusaha, produk TPT RI disebut masih sulit bersaing dengan produk China murah di pasar ekspor, khususnya Amerika Latin.
“China cukup ekspansif di beberapa pasar ekspor karena mereka agak kesulitan menembus pasar AS kan sehingga ini perlu menjadi concern pemerintah Indonesia juga supaya industri kita bisa berdaya saing di pasar ekspor dan domestik” jelasnya.
