Pertambangan, Lingkungan, dan Strategi Keberlanjutan Eramet – Page 3

Pertambangan, Lingkungan, dan Strategi Keberlanjutan Eramet – Page 3

Pandangan kritis datang dari Jalal, Founder A+ CSR Indonesia dan pakar keberlanjutan. Menurutnya, masih terlalu dini untuk menyebut pertambangan benar-benar berkelanjutan.

“Saya agak sungkan untuk bilang pertambangan itu berkelanjutan. Kayaknya belum bisa. Tapi kalau pertambangan yang bertanggung jawab, iya, itu mungkin,” ungkapnya.

Jalal menjelaskan bahwa istilah pertambangan berkelanjutan sering bercampur dengan konsep Environmental, Social, and Governance (ESG).

“Keberlanjutan itu soal dampak perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan. Sementara ESG lebih kepada bagaimana isu-isu lingkungan, sosial, dan tata kelola dikelola agar kinerja finansial perusahaan tetap terjaga. Jadi ini dua hal yang berbeda, walaupun terkait,” jelasnya.

Eramet Gunakan Pendekatan Double Materiality

Menurut Jalal, perusahaan seperti Eramet yang berbasis di Eropa cenderung menggunakan pendekatan double materiality, yaitu melihat dampak keluar sekaligus mengelola isu eksternal yang berpengaruh pada bisnis.

“Itulah yang sebenarnya dimaksud dengan pertambangan yang bertanggung jawab,” katanya.