Jika eksportir asing benar menyerap biaya tarif, seharusnya harga ekspor eksportir asing ke AS turun. Artinya, harga impor AS akan lebih rendah.
Namun, data terbaru menunjukkan harga impor justru stabil, bahkan naik tipis 0,5% sejak pemilu November dan 0,2% sejak Maret, menurut Pantheon Macroeconomics.
Pantheon menilai, meski ada stok besar barang sebelum tarif berlaku pada akhir 2024 hingga tiga bulan awal 2025, harga impor tidak juga turun tajam. Itu berarti beban tarif tidak ditanggung eksportir, melainkan importir di AS.
“Hal itu membuat eksportir asing kewalahan dengan pesanan, sehingga memberikan sedikit insentif untuk memangkas harga sebelum tarif agar tetap kompetitif. Namun, harga impor tetap tangguh meskipun impor barang menurun tajam pada [kuartal kedua], yang menunjukkan bahwa penurunan harga yang tajam di masa mendatang kecil kemungkinannya.” Lanjut ekonom Pantheon, Samuel Tombs dan Oliver Allen, dalam catatan tertanggal 19 Agustus.
Kepala Penelitian Ekonomi AS Fitch Ratings, Olu Sonola menegaskan, data menunjukkan semua biaya ditanggung importir.
“Pertanyaannya, sekarang pertanyaannya, apakah produsennya, pengecernya, atau usaha kecilnya yang mengimpornya? Mereka sekarang harus mencari tahu, Berapa banyak yang bisa saya tanggung, dan berapa banyak yang akan saya teruskan?,”
“Kemungkinan besar sebagian besar dari mereka bersiap meneruskan,” ia menambahkan.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/837220/original/098519000_1427364489-Bongkarmuat3.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)