Gresik (beritajatim.com) – Sungai Bengawan Solo yang melintasi wilayah Kabupaten Gresik kembali meluap. Akibatnya, ratusan rumah warga terendam banjir dengan ketinggian mencapai 70 centimeter atau setara lutut orang dewasa. Meski demikian, sebagian besar warga memilih bertahan karena khawatir harta bendanya hanyut terbawa banjir.
Tiga kecamatan terdampak banjir akibat luapan sungai terpanjang di Pulau Jawa ini, yaitu Kecamatan Dukun, Bungah, dan Manyar. Selain merendam pemukiman warga, banjir juga menggenangi puluhan hektar lahan pertanian di sejumlah desa seperti Madumulyorejo, Jrebeng, Bungah, Mojopuro Wetan, dan Sembayat.
Puncak banjir terjadi sejak Senin (19/5/2025) malam, menyusul curah hujan tinggi yang mengguyur kawasan hulu Bengawan Solo selama sepekan terakhir, sehingga debit air meningkat drastis.
Kondisi paling parah terjadi di Desa Bungah, Kecamatan Bungah, di mana lima dusun tergenang air hingga 70 centimeter. Aktivitas warga lumpuh, namun di sisi lain, anak-anak memanfaatkan genangan banjir untuk bermain dan berenang menggunakan batang pisang sebagai pelampung.
Ismail, salah satu warga terdampak di Desa Bungah, mengatakan bahwa banjir ini merupakan kejadian keempat dalam tahun ini.
“Banjir mulai sore kemarin, ini sudah yang keempat kalinya. Kami berharap pemerintah segera membenahi tanggul agar tidak jebol dan banjir tidak terulang,” ujarnya, Selasa (20/5/2025).
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik mencatat total 201 rumah terdampak banjir, termasuk dua masjid, satu gedung PAUD, dan ratusan hektare lahan pertanian.
“Kami sudah menghimbau warga untuk mengungsi, tetapi sebagian besar memilih bertahan di rumah,” kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Gresik, FX Hendriatmicko Herlambang.
Ia menambahkan bahwa BPBD telah menyiapkan lokasi pengungsian dan perahu karet untuk mengevakuasi warga apabila situasi semakin memburuk.
“Kami siap melayani dan membantu warga terdampak luapan Bengawan Solo,” tutupnya. [dny/but]
