Warga Kalidandang Bojonegoro Tandu Wanita Sakit Sejauh 1,5 Km

Warga Kalidandang Bojonegoro Tandu Wanita Sakit Sejauh 1,5 Km

Bojonegoro (beritajatim.com) – Dalam balutan malam yang dingin dan tanah berlumpur sisa hujan, sekelompok warga Desa Napis, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, bahu-membahu menandu seorang ibu yang terbaring lemah di atas kursi rakitan sederhana.

Ia adalah Miharsih (40), warga Dusun Kalidandang yang telah bertahun-tahun berjuang melawan sesak napas kronis. Tak ada mobil yang bisa menjangkau rumahnya—hanya kaki dan ketulusan tetangga yang bisa membawanya menuju harapan: rumah sakit.

Perjalanan 1,5 kilometer itu bukan hanya tentang mengantar seseorang berobat. Tapi tentang sebuah kisah kemanusiaan di sudut desa yang masih menunggu keadilan infrastruktur. Di musim penghujan, jalanan di sana berubah menjadi aliran lumpur, menutup akses keluar dan memaksa warga bertaruh nyawa setiap kali ada yang sakit parah.

Kepala Desa Napis, Mulyono, menuturkan bahwa ini bukan kali pertama warganya harus menghadapi kenyataan pahit ini. “Hampir setiap musim hujan, kami kembali mengalami hal seperti ini. Akses jalan utama ke Dusun Kalidandang belum tersentuh pembangunan. Padahal ini kebutuhan hidup yang sangat mendasar,” ucapnya, Selasa (20/5/2025).

Warganya kini hanya bisa menunggu realisasi rencana pembangunan jalan poros desa sepanjang 17 kilometer yang menghubungkan Desa Napis ke Desa Margomulyo oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat. Proyek ini akan melintasi Dusun Kalidandang, Doplang, dan Windu, serta mencakup pembangunan sembilan jembatan yang menghubungkan seluruh kawasan terisolasi.

Pembangunan jalan poros desa tersebut sebagian akan menggunakan lahan warga. Lebih dari 80 kepala keluarga menerima ganti untung atas tanah mereka yang terdampak pembangunan. “Kami berharap proses ganti rugi segera selesai, agar warga kami tidak lagi harus ditandu hanya untuk mendapatkan pengobatan,” tambahnya penuh harap.

Senada dengan itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Bina Marga Bojonegoro, Chusaivi Ivan, menjelaskan bahwa proyek ini kini memasuki tahap pengadaan tanah dan perjanjian kerja sama dengan Perhutani untuk lahan di kawasan hutan.

“Semua proses pengadaan tanah sudah dimulai tahun 2024 dan akan dilanjutkan hingga 2026. Harapannya, semua ini bisa segera rampung agar pembangunan fisik jalan bisa dilakukan,” katanya.

Kisah Miharsih adalah potret nyata tentang ketimpangan yang masih ada, namun juga tentang kuatnya solidaritas warga desa. Di balik jalanan rusak dan tubuh lelah, mereka tak kehilangan harapan—bahwa suatu hari nanti, tandu darurat akan tergantikan oleh mobil ambulans, dan penderitaan akan berganti dengan kemudahan. [lus/but]