Liputan6.com, Jakarta- Dua tahun setelah resmi diakui menjadi UNESCO Global Geopark (UGG) atau warisan dunia, kondisi fasilitas Geopark Merangin yang berada di Desa Air Batu, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin, Jambi, kian miris. Taman, museum, sampai fasilitas umum yang dibangun sebagai penunjang wisata itu semakin tak terurus, rusak, dan tak berfungsi.
Ketika berkunjung ke Taman Geopark Merangin, di Air Batu, pada Selasa (22/7/2025), Liputan6.com menengok langsung sejumlah fasilitas pengunjung rusak, sampah dibiarkan berserakan di setiap sudut taman. Papan informasi yang terpancak di taman mulai memudar.
Papan nama menyerupai perahu besar bertuliskan “Taman Geopark Merangin” ditumbuhi rumput liar hampir menutupi tulisan tersebut. Semak liar, dan daun gugur berserakan dibiarkan.
Seorang wisatawan asal Kota Jambi Haryanto bersama rombongannya ketika bertandang di Geopark Merangin, terkejut dengan fasilitas rusak parah dan tak terurus. Ia sedih Taman Geopark yang sudah diakui warisan dunia UNESCO itu kondisinya malah memprihatinkan.
“Kok kayak gini kondisinya gak terawat. Inikan sudah masuk UNESCO,” kata Haryanto.
Sementara itu, seorang pegiat wisata di Merangin mengatakan, pihaknya sedih. Objek wisata yang seharusnya menjadi kebanggan setelah diakui UNESCO malah tidak diperhatikan oleh pemerintah setempat.
Menurutnya, pemerintah selalu ngotot kalau objek wisata Geopark Merangin harus diakui sebagai warisan dunia. Namun setelah diakui justru tidak dirawat. Pengakuan warisan dunia bagi Geopark Merangin tidak memiliki dampak untuk tingkat kunjungan wisatawan.
“Bagaimana mau berkunjung kalau fasilitasnya rusak karena tidak ada perhatian dari pemerintah begitu,” kata dia.
“Setelah penetapan warisan dunia bukan semakin baik. Hanya diawal saja pas baru saja diakui UNESCO itu ramai, tapi sekarang pengunjung yang berarung jeram turun tiga kali lipat,” sambungnya.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5309967/original/027772800_1754646865-1000005534.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)