YOGYAKARTA – Setiap muslim mengharapkan surga sebagai tempat kembali setelah kematian datang. Surga adalah tempat kenikmatan abadi yang dijanjikan Allah bagi hamba-Nya yang bertakwa. Jalan menuju surga tidaklah mudah, tidak semua orang bisa memasukinya.
Bahkan beberapa golongan tertentu yang tidak dapat mencium bau surga, meskipun bau surga itu bisa tercium dari jarak yang sangat jauh.
Peringatan ini bukan sekadar ancaman, melainkan bentuk kasih sayang Nabi agar umatnya tidak terjerumus dalam perbuatan yang dapat merusak amal ibadah dan harapan akan surga.
Lalu, siapa saja golongan yang disebut tidak akan mencium bau surga? Dilansir dari berbagai sumber, berikut golongan-golongan tidak mencium bau surga.
Golongan-golongan yang Tak Mencium Bau Surga
1. Orang yang Mempelajari Ilmu Agama untuk Kepentingan Duniawi
Ilmu agama sejatinya dipelajari untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, jika niat belajar agama semata-mata demi kepentingan dunia seperti harta, jabatan, atau popularitas, maka orang tersebut tidak akan dapat mencium bau surga. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu dengan mengharap wajah Allah (yaitu ilmu agama), tidaklah ia mempelajarinya melainkan untuk memperoleh harta dunia, maka dia tidak akan mendapatkan harumnya bau Surga di hari Kiamat.” (HR Abu Dawud)
2. Orang yang Menyemir Rambut dengan Warna Hitam
Rasulullah SAW juga meyebut kelompok yang tidak akan dapat mencium aroma surga adalah mereka yang menyemir rambutnya menggunakan warna hitam, sebagaimana sabdanya yang berbunyi:
“Pada masa akhir zaman akan muncul suatu kaum yang menyemir rambutnya dengan warna hitam seperti tembolok burung merpati, mereka ini tidak akan mencium bau harum surga.” (HR Abu Dawud)
3. Istri yang Meminta Cerai Tanpa Alasan Syar’i
Perceraian memang dibolehkan dalam Islam, namun harus dilandasi alasan yang dibenarkan secara syar’i. Seorang istri yang meminta cerai tanpa alasan yang sah tidak dapat mencium bau surga. Rasulullah SAW bersabda:
“Wanita mana saja yang meminta perceraian dari suaminya ‘tanpa alasan yang benar, maka haram baginya bau surga.” (HR Abu Dawud).
4. Wanita yang Berpakaian Namun Terlihat Telanjang
Wanita yang berpakaian tetapi tetap menampakkan aurat atau terlihat seperti telanjang termasuk dalam kelompok yang disebutkan dalam hadits sebagai golongan yang tidak akan mencium bau surga. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat; kaum membawa cambuk seperti ekor sapi, dengannya ia memukuli orang dan wanita-wanita yang berpakaian (tapi) telanjang, mereka berlenggak-lenggok dan condong (dari ketaatan), rambut mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan sejauh ini dan ini.” (HR. Muslim).
5. Orang Sombong
Kesombongan, walau hanya sebesar biji sawi, dapat menjadi penghalang masuk surga. Sifat ini sangat dibenci oleh Allah SWT. Nabi Muhammad SAW:
“Itu tidaklah termasuk kesombongan, sesungguhnya Allah ‘azza wajalla itu Indah dan m enyukai keindahan. Akan tetapi sombong itu adalah siapa yang menolak kebenaran dan meremehkan manusia dengan kedua matanya.” (HR Ahmad)
6. Orang yang Bernasab bukan pada Ayahnya
Islam sangat menjaga kejelasan nasab (garis keturunan). Seseorang yang mengaku sebagai anak dari orang lain yang bukan ayah kandungnya, terancam termasuk dalam golongan yang tidak akan mencium bau surga. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa mengaku keturunan dari orang lain yang bukan ayahnya sendiri tidak akan mendapatkan bau surga. Padahal bau surga telah tercium pada jarak tujuh puluh tahun, atau tujuh puluh tahun perjalanan.” (HR Ahmad; shahih)
7. Orang yang Membunuh Kafir Mu’ahad
Islam sangat menjunjung tinggi perdamaian dan keadilan. Seorang Muslim tidak boleh membunuh non-Muslim yang hidup damai di bawah perlindungan negara Islam, seperti kafir mu’ahad, dzimmi, atau musta’min. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa membunuh seseorang kafir dzimmi, maka dia tidak akan mendapatkan baunya surga, padahal baunya surga bisa didapati dari perjalanan 70 tahun.” (HR Ahmad dan Nasa’i)
