JAKARTA – NASA mengumumkan akhir dari misi Lunar Trailblazer. Satelit kecil buatan Jet Propulsion Laboratory (JPL) ini seharusnya mendarat di Bulan, tetapi misinya gagal berjalan sesuai target.
Satelit ini diluncurkan pada 26 Februari untuk mendeteksi dan memetakan lokasi air serta mineral di Bulan. Namun, operator justru kehilangan kontak dengan satelit tersebut sekitar sehari setelah peluncuran dilakukan.
NASA mengatakan bahwa misi ini terpaksa dihentikan karena komunikasi dua arah tidak dapat terjalin. Padahal, komunikasi dua arah penting agar tim dapat mengoperasikan pendorong yang diperlukan untuk menjaga Lunar Trailblazer tetap berada di jalurnya.
Tim telah melakukan berbagai upaya untuk memulihkan misinya, tetapi tidak ada cara yang berhasil. Data terbatas yang berhasil diterima tim menunjukkan bahwa susunan panel surya pesawat tidak berorientasi ke arah Matahari. Akibatnya, baterai Lunar Trailblazer telah kehabisan daya.
“Meskipun hasilnya tidak sesuai harapan, pengalaman misi seperti Lunar Trailblazer membantu kami belajar dan mengurangi risiko bagi satelit kecil berbiaya rendah di masa depan,” kata Administrator Asosiasi Direktorat Misi Sains NASA Nicky Fox.
NASA pun mengungkapkan bahwa ada banyak organisasi di berbagai belahan dunia yang menawarkan bantuan secara sukarela. Bahkan, beberapa organisasi berupaya mendengarkan sinyal radio dari wahana antariksa tersebut.
Namun, Lunar Trailblazer tetap sulit untuk dijangkau. Satelit ini semakin jauh dan semakin sulit untuk dipulihkan. Pada akhirnya, sinyal telekomunikasi satelit tersebut terlalu lemah untuk diterima.
Bethany Ehlmann, peneliti utama misi satelit tersebut, mengungkapkan kekecewaannya. Meski begitu, Ehlmann percaya bahwa teknologi yang digunakan pada Lunar Trailblazer, seperti spektrometer pencitraan High-Resolution Volatiles and Minerals Moon Mapper, akan tetap berguna bagi proyek-proyek lain di masa depan.
“Kami sangat kecewa karena wahana antariksa kami tidak berhasil mencapai Bulan, tetapi kedua instrumen sains yang kami kembangkan, seperti halnya tim yang kami bentuk, berkelas dunia,” kata Ehlmann. “Pengetahuan kolektif ini dan teknologi yang dikembangkan akan saling melengkapi dengan proyek-proyek lain.”
