Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo Kembali Hidup, Masih Praktik Uang Gaib?

Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo Kembali Hidup, Masih Praktik Uang Gaib?

Probolinggo (beritajatim.com) – Kembalinya Dimas Kanjeng Taat Pribadi ke Padepokan di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, setelah bebas bersyarat pada April 2025, langsung menghidupkan kembali aktivitas keagamaan dan sosial di lingkungan tersebut. Namun, publik masih bertanya-tanya: apakah praktik “uang gaib” yang dulu sempat menghebohkan masih berlangsung?

Pantauan di lokasi menunjukkan suasana padepokan kini jauh lebih terbuka dan aktif. Lantunan pengajian, kegiatan tahfidz Al-Qur’an, hingga istighosah rutin terdengar dari dalam kompleks. Aktivitas santri pun terlihat intensif, disertai berbagai kegiatan sosial yang membantu warga sekitar.

“Kegiatan mengaji dan ibadah memang sudah ada sebelumnya, tapi setelah beliau kembali, suasananya jadi lebih semarak,” ujar Bambang, salah satu pengurus padepokan, Jumat (24/5/2025).

Menurut Bambang, fokus padepokan saat ini adalah pembinaan spiritual dan aksi sosial. Para santri bahkan dilibatkan dalam kegiatan ekonomi lokal, seperti berdagang dan membantu warga yang membutuhkan layanan kesehatan.

“Kalau ada warga sekitar yang butuh bantuan, kami usahakan bantu. Termasuk antar ke rumah sakit dan bantu biayanya,” tambahnya.

Kendati demikian, masih muncul pertanyaan di kalangan masyarakat dan warganet terkait potensi kembali munculnya praktik “penggandaan uang” yang dulu melekat pada sosok Dimas Kanjeng. Menanggapi hal itu, sejumlah warga menyatakan hingga kini belum terlihat adanya aktivitas serupa di dalam padepokan.

“Sampai sekarang nggak ada yang aneh-aneh. Cuma ngaji dan kegiatan sosial saja. Warga juga ikut kegiatan kalau ada pengajian,” kata seorang warga yang enggan disebut namanya.

Meski demikian, aparat dan pemerintah daerah diminta tetap waspada dan melakukan pemantauan berkala agar tidak terjadi pengulangan praktik yang pernah menimbulkan kerugian besar di masa lalu. Terlebih, nama Dimas Kanjeng hingga kini masih menyisakan kontroversi.

Saat ini, hubungan padepokan dengan warga sekitar disebut semakin harmonis dan saling mendukung. Namun, publik masih menanti kepastian bahwa era “uang gaib” benar-benar telah berakhir. [ada/beq]