Liputan6.com, Jakarta – Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), mencatat fenomena “Rojali” alias rombongan jarang beli meningkat signifikan sejak Ramadan 2024. Fenomena ini menggambarkan banyak warga yang jalan-jalan ke pusat perbelanjaan dan mal tetapi mereka tidak membeli.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, saat itu daya beli masyarakat mulai mengalami tekanan sehingga berdampak langsung pada performa ritel selama Ramadan dan Idul Fitri.
“Sebetulnya sejak Ramadan (kenaikan rojali) ini sudah mulai. Ramadan yang lalu ya sebetulnya sudah terjadi, karena daya beli itu mulai bermasalah di 2024,” kata Alphonzus saat ditemui di Jakarta Timur, Jumat (25/7/2025).
Padahal, Idul Fitri selama ini dikenal sebagai musim puncak belanja ritel. Namun di tahun ini, performanya tak maksimal karena daya beli lemah serta adanya pengetatan anggaran, termasuk dari pemerintah.
Setelah Idul Fitri, sektor ritel masuk ke masa low season yang biasanya berlangsung singkat. Namun pada tahun ini, kondisi tersebut berlangsung lebih lama dari biasanya, diperparah oleh pergeseran waktu Ramadan yang datang lebih awal.
“Makanya kenapa ramadhan dan Idul Fitri Ini kinerjanya tidak maksimal lebih terasa lagi setelah Idul Fitri, kenapa? Karena Idul Fitri itu kan puncak penjualan ritel di Indonesia Peak season-nya. Nah, peak season-nya itu kemarin tidak tercapai,” jelasnya.
Kondisi ini menyebabkan intensitas Rojali makin tinggi, karena masyarakat datang ke pusat perbelanjaan hanya untuk rekreasi atau sekadar mencari suasana, bukan berbelanja.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4393971/original/095655500_1681382916-Jelang-Lebaran_-Pusat-Perbelanjaan-di-Jakarta-Mulai-Beri-Diskon-Faizal-1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)