Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah menargetkan terbentuknya 12 juta talenta digital hingga 2030 dengan fokus khusus pada pengembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) talent. Saat ini, Indonesia masih kekurangan 2 sampai 3 juta talenta digital setiap tahunnya.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria saat menjadi pembicara dalam Public Workshop Datathon 2025 yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia (UI), B-Universe, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) di kampus UI, Depok, Jawa Barat, Sabtu (19/7/2025).
“Kebutuhan 12 juta talenta itu sampai 2030, dan setiap tahun kita kekurangan antara 2 sampai 3 juta. Ini harus dikebut agar target bisa tercapai,” ujar Nezar.
Ia menekankan pencapaian target tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi digital nasional. Indonesia saat ini menyumbang 40% dari total pertumbuhan ekonomi digital di kawasan ASEAN.
“Saat ini, sekitar US$ 120 miliar berasal dari ekonomi digital Indonesia. Di tingkat ASEAN, ekonomi digital diproyeksikan mencapai US$ 366 miliar pada 2030. Indonesia berkontribusi 40% dari angka itu, menunjukkan betapa strategisnya posisi kita. Maka dari itu, semua pihak harus siap,” lanjutnya.
Pemerintah, lanjut Nezar, telah menyusun peta jalan AI nasional yang mencakup sejumlah inisiatif, seperti usulan peraturan presiden untuk mendukung adopsi teknologi AI di berbagai sektor, kolaborasi dengan industri dan komunitas pengembang, serta peluncuran program AI Talent Factory.
AI Talent Factory merupakan sebuah AI hub yang menghubungkan talenta digital dengan industri serta menyelesaikan berbagai tantangan sektoral melalui pemanfaatan teknologi AI.
Selain regulasi dan pengembangan talenta, penguatan infrastruktur digital juga menjadi prioritas utama pemerintah.
CEO Prosa.ai Teguh Budiarto yang juga menjadi pembicara di Datathon 2025 menyoroti tingginya biaya infrastruktur sebagai salah satu tantangan utama dalam pengembangan AI di Indonesia saat ini.
“Untuk mengembangkan model AI dan melakukan fine tuning, infrastrukturnya masih sangat mahal. Maka, dukungan perlu datang dari berbagai pihak,” ujarnya.
Teguh mendorong keterlibatan, baik dari pemerintah, swasta, dan komunitas, dalam mengatasi tantangan industri AI. Salah satu bentuk dukungan yang bisa diberikan dari pihak swasta, adalah pembiayaan atau pemberian kredit bagi startup AI berpotensi, seperti yang telah dilakukan oleh Google dan Azure.
Prospek kerja di bidang teknologi, khususnya AI, diperkirakan akan terus berkembang. Dengan pasar yang besar dan beragam, Indonesia memerlukan generasi muda yang mampu mengelola data dan memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi digital secara optimal.
