Trump Pangkas Tarif Jadi 19%, Impor Minyak dan LPG dari AS Masih Dibahas – Page 3

Trump Pangkas Tarif Jadi 19%, Impor Minyak dan LPG dari AS Masih Dibahas – Page 3

Terpisah, Research Director di Prasasti Center for Policy, Studies Gundy Cahyadi, mengingatkan bahwa penting bagi Indonesia untuk melihat dinamika soal tarif resiprokal ini dalam konteks yang lebih luas.

“Tarif ala Trump lebih merupakan panggung politik ketimbang kebijakan jangka panjang yang serius. Pasar keuangan global sudah cukup terbiasa dengan gaya berpolitik teatrikal ini,” ujarnya.

Sebagai ilustrasi, Gundy mencatat setelah Liberation Day di April 2025 lalu, volatilitas pasar global melonjak. Dengan indeks VIX menyentuh level tertingginya sejak pandemi. Namun pada Juli 2025, reaksi pasar cenderung mereda. 

“Investor cenderung melihat ancaman tarif sebagai bagian dari pola lama: ancaman di depan layar, negosiasi di balik layar,” ungkapnya.

Indonesia Tak Terlalu Bergantung pada Ekspor 

Gundy menyoroti, perekonomian Indonesia tidak terlalu bergantung pada ekspor, bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga di ASEAN.

“Ekspor ke AS hanya mencakup sekitar 10 persen dari total ekspor Indonesia. Dengan nilai ekspor tahun lalu sebesar USD 290 miliar. Skenario terburuk, jika akses pasar ke AS tertutup sepenuhnya, akan berdampak sekitar USD 29 miliar,” bebernya.

“Angka ini signifikan, namun setara dengan hanya 2 persen dari total PDB Indonesia. Terasa, tapi tidak sampai mengguncang fondasi ekonomi,” dia menegaskan.