Pengusaha Sepatu RI Tak Tinggalkan Pasar AS Meski Ada IEU-CEPA

Pengusaha Sepatu RI Tak Tinggalkan Pasar AS Meski Ada IEU-CEPA

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menyambut peluang akses pasar ke Uni Eropa setelah sinyal kesepakatan kemitraan dagang Indonesia-European Union Comprehensive (IEU-CEPA) makin kuat. 

Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa resmi mencapai kesepakatan perdagangan melalui IEU-CEPA yang ditargetkan rampung pada September 2025. Kesepakatan ini dapat mendukung kemudahan akses perdagangan kedua negara. 

Direktur Eksekutif Aprisindo Yoseph Billie Dosiwoda mengatakan, dengan disepakatinya IEU-CEPA, Indonesia akan menyusul negara tetangga di Asean yakni, Singapura dan Vietnam yang telah mengimplementasikan kemitraan dagang ini lebih dulu.

Namun, dia menegaskan bahwa IEU-CEPA harus dilihat sebagai perluasan pasar ekspor tambahan bukan mengganti pasar yang ada dengan negara lain termasuk Amerika Serikat (AS). 

“Jadi jangan disalah artikan IEU-CEPA, apabila berhasil diharapkan disepakati September, meninggalkan pasar sebelumnya, tentu tidak,” kata Billie kepada Bisnis, Selasa (15/7/2025). 

Menurut dia, pemerintah saat ini masih berjuang melalui negosiasi agar AS mau menurunkan tarif timbal balik yang dikenakan 32% terhadap produk Indonesia dan berharap lebih rendah dari yang sementara yang berlaku saat ini 10%. 

Di samping itu, pasar Amerika dan negara lain di benua lain tetap diharapkan mengalami peningkatan ekspor sehingga Indonesia dapat bersaing yang kompetitif di tingkat global, termasuk UMKM/IKM lokal dapat melalukan ekspor selain memenuhi kebutuhan pasar domestik.

“Angka eskpor alas kaki Indonesia ke Eropa dari data yang ada 2020-2024 relatif naik turun dan menunjukan tren yang positif, merujuk angka ekspor tahun 2024 sebesar US$1,723 juta,” ungkapnya. 

Aprisindo menargetkan jika IEU-CEPA segera berlaku dengan tarif ekspor 0% ke wilayah Eropa maka industri sepatu dapat meningkatkan kinerja ekspor hingga 50%-60%. 

Sementara itu, ekspor alas kaki ke AS masih jauh lebih tinggi dengan nilai mencapai US$2,47 miliar pada 2024. 

“Jadi bisa dibayangkan [potensi] peningkatan positif ini agar industri padat karya alas kaki ini selalu menjadi industri sunsrise yang terus mampu berkembang pesat dan memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi,” pungkasnya.